Paskibraka, Tak Sekadar Baris-Berbaris

Kompas.com - 10/08/2012, 09:40 WIB
Soelastri Soekirno

Penulis

KOMPAS.com - Kegiatan pasukan pengibar bendera pusaka menjadi ekstrakurikuler yang digemari sebagian siswa SMA. Hampir tiap sekolah punya Paskibraka. Ada yang dikemas sebagai ekskul, tetapi ada juga yang menjadi kegiatan mandiri di luar OSIS.

Tugas utama anggota Paskibraka adalah menjadi petugas upacara, seperti pada upacara bendera rutin dan peringatan proklamasi kemerdekaan. Namun, tak berarti mereka hanya bisa berjalan tegap dan seirama bersama anggota Paskibraka lainnya.

Anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) juga dituntut mampu berkreasi membuat formasi-formasi di peleton mereka. Penampilan dalam formasi baris-berbaris biasanya mereka tampilkan dalam lomba yang digelar sejumlah instansi.

Salah satu sekolah yang aktif mengikuti lomba sekaligus mengadakan lomba adalah SMAN 2 Madiun, Jawa Timur (Jatim). Di sini setiap tahun peserta Paskib, begitu mereka biasa menyebut Paskibraka, mengikuti lomba Paskibraka se-Jatim.

Pengurus Paskibraka SMAN 2 Madiun tak hanya menjadi peserta lomba. Mereka juga mengadakan lomba berbaris kreasi dengan mengundang siswa SMA dan sederajat se-Jatim. Peserta lomba mencapai 30 sekolah dari Madiun dan kota-kota lain. Ada dua kategori lomba, peraturan baris-berbaris (PBB) murni dan kreasi.

”PBB murni hanya baris-berbaris biasa seperti hadap kanan-kiri. Kalau PBB kreasi, kita berbaris sambil membuat berbagai formasi,” kata Annisa Dwi Arbaningrum, siswa kelas XII IPS yang menjadi pengurus Seksi Dokumentasi Paskibraka SMAN 2 Madiun.

Prestasi anak Paskibraka sekolah itu lumayan. Mereka pernah menjadi juara pertama lomba PBB murni se-Jatim dan juara ketiga lomba PBB kreasi se-Jatim.

”Kami sering mendapat undangan ikut lomba baris-berbaris. Sekolah yang mengurus keperluan kami, misalnya ke Surabaya atau Kediri,” kata Annis, panggilannya. Pimpinan SMAN 2 Madiun minimal memberangkatkan satu peleton (terdiri 16 orang) plus guru pembimbing.

Siswa SMAN 9 Kota Tangerang, Banten, pun tak kalah aktif dalam Paskibraka. Dita Ardila, siswa kelas XII IPS sekolah itu yang kini menjadi senior tingkat II Paskibraka SMAN 9 Kota Tangerang, mengatakan, Paskibraka dibentuk tahun 2004.

”Pembentukannya berawal saat anak sekolahku dilatih siswa SMAN 3 Kota Tangerang. Sampai sekarang kami menganggap siswa SMAN 3 sebagai senior kami,” katanya.

Pimpinan sekolah itu juga sering mengirimkan siswanya ikut lomba PBB se-Tangerang ataupun Banten. ”Walau belum pernah menjadi juara pertama, siswa sekolah kami pernah menjadi komandan peleton terbaik,” kata Dita yang ikut Paskibraka sejak kelas X.

Di Jakarta, salah satu sekolah yang punya kegiatan Paskibraka adalah SMA PSKD 4 Melawai, Jakarta Selatan. Ratih Sonia Setyawati, Ketua Paskibraka SMA 4 PSKD, mengakui, sebenarnya kegiatan itu sudah bertahun-tahun ada di sekolahnya. Namun, tak banyak siswa yang ikut.

”Di angkatanku paling banyak 15 anak yang ikut Paskibraka,” kata siswa kelas XII IPA ini. Minimnya anggota Paskibraka tak membuat mereka malas berlatih. Mereka tetap berlatih setiap Kamis seusai pelajaran sekolah.

Disiplin dan kompak

Sebagian siswa, termasuk peserta Paskibraka, berpendapat, kegiatan anggota Paskibraka lebih banyak menguras energi dan membuat kulit terbakar matahari. Tiga cewek yang aktif di Paskibraka, seperti Dita, Ratih, dan Annis, mengakuinya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau