Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ibu, Jangan Kau Berkecil Hati"

Kompas.com - 30/08/2012, 11:02 WIB
Luki Aulia

Penulis

Anak pertama dari tiga bersaudara itu tinggal di Pacitan, Jawa Timur, hanya dengan neneknya. Agar Hakim tidak minder karena kondisi tubuhnya yang tidak sempurna, Ismi selalu menggendong anak itu ke mana-mana.

Namun belakangan, kata Ismi, ia sudah tidak kuat lagi menggendong Hakim. Akibatnya, kini Hakim lebih sering berada di rumah. Guru pun kini didatangkan ke rumah. Padahal sebenarnya Hakim tidak mau.

"Sebenarnya dia tidak mau. Komentar Hakim, sekolah kok sendiri. Ia maunya belajar bersama anak-anak lain," kata Ismi.

Hal yang kerap membuat Ismi sedih adalah ketika Hakim meminta bertemu dengan kedua orangtuanya, yang selama ini tinggal di Bekasi. Hakim sengaja dititipkan oleh kedua orangtuanya, karena kata Ismi, mereka minder dengan kondisi fisik Hakim.

Baik ayah mauupun ibu Hakim tidak pernah menengok anaknya di Pacitan. Ismi-lah yang harus membawa Hakim ke Bekasi saat liburan sekolah.

"Dulu pernah Hakim tinggal dengan orangtuanya tapi tidak pernah keluar rumah. Kasihan. Akhirnya sama saya di kampung," cerita Ismi.

Ketika acara usai pun, Hakim dengan suara keras dan menangis, tidak mau diajak pulang neneknya ke Pacitan. Ia ingin pulang ke rumah orangtuanya dan tinggal bersama ibunya.

"Gak mau pulang. Mau ke ibu. Mau sama ibu," kata Hakim, kepada neneknya dan semua tamu undangan, termasuk Linda sambil menangis sesenggukan.

Pendampingan

Agar potensi anak berkebutuhan khusus bisa berkembang maksimal, ungkap Linda, perlu pendampingan khusus yang tepat dari berbagai pihak. Bukan hanya perhatian dan kepedulian, tetapi juga bantuan pendampingan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Proses pendampingan itu harus dimulai dari keluarga inti yakni ayah, ibu, dan saudara kandung.

Masyarakat di lingkungan sekitar si anak hanya bisa memberi pendampingan tambahan, agar dapat hidup berdampingan dan berperan aktif di masyarakat.

Untuk itu, kata Linda, sekolah-sekolah inklusi perlu diperbanyak baik di sekolah negeri maupun swasta. "Memang perlu banyak biaya dari pemerintah tetapi ini harus dilakukan karena anak-anak berkebutuhan khusus juga bagian dari penentu masa depan kita," ujarnya. (LUKI AULIA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com