JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim menyampaikan rasa prihatinnya terkait tewasnya seorang siswa dalam tawuran antarpelajar. Tawuran antara SMUN 70 dan SMAN 6 itu kembali meletus kemarin siang di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.
"Kami sudah menerima laporan terkait peristiwa itu. Yang jelas kami sangat sedih dengan jatuhnya korban jiwa karena seharusnya siswa menikmati hari-harinya sebagai pelajar," kata Musliar kepada Kompas.com, Senin (24/9/2012) malam, di Jakarta.
Mantan Rektor Universitas Andalas itu menyampaikan, terjadinya kasus tawuran pelajar bukan hanya menjadi kesalahan pihak sekolah, melainkan menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk di dalamnya adalah orangtua siswa yang juga diharapkan partisipasinya memberi penyadaran kepada anak didik tentang dampak negatif tawuran.
"Bukan hanya kesalahan sekolah karena sekolah tidak mungkin menjaga siswa satu per satu. Kita mengimbau agar siswa mampu menahan diri. Jangan sampai terjadi tawuran yang nantinya akan menghancurkan masa depan dan harapan orangtua," ungkapnya.
Seperti diberitakan, beberapa siswa SMAN 6 mengalami luka-luka dan seorang siswa, yakni Alawy Yusianto Putra, meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Muhammadiyah setelah mengalami luka bacok di dadanya.
Kejadian bermula saat Alwy bersama beberapa temannya hendak meninggalkan sekolah dan secara tiba-tiba diserang kelompok siswa dari SMUN 70 yang notabene merupakan sekolah tetangganya. Berdasarkan informasi dari para korban, para siswa SMUN 70 itu menyerang mereka dengan membawa senjata tajam.
Selain Alwy, siswa SMAN 6 yang ikut menjadi korban dan mengalami luka adalah Farouq dengan luka di jari-jari dan lengan serta Dimas yang terluka di daerah pelipis.
Berita terkait peristiwa ini dapat diikuti dalam topik "Tawuran SMA 70 dan SMA 6"