Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengampanyekan Antibullying

Kompas.com - 27/09/2012, 03:30 WIB

Korban bullying, semisal ejekan di antara siswa, bisa berdampak tragis. Korban bisa bunuh diri atau trauma hingga dewasa. Ancaman bullying pun berkembang dengan maraknya jejaring sosial, yang dikenal dengan cyberbullying.

Diena mengampanyekan gerakan antibullying di sekolah dan masyarakat dengan mendirikan Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa), 2004.

Kesadaran itu tak hanya di antara siswa, tetapi juga dari guru kepada siswa. Bullying juga bisa terjadi di rumah. ”Kami bergerak di sekolah karena tak mungkin dari pintu ke pintu di tingkat keluarga. Di sekolah, ketiga pihak dirangkul sekaligus, guru, siswa, dan orangtua.”

Tak mudah

Mengampanyekan antibullying ke sekolah bukan perkara mudah. Apalagi pendidikan atau pendisiplinan dengan cara keras diyakini banyak guru hingga pejabat pendidikan sebagai hal biasa. Diena menuturkan, saat ia mulai masuk ke sekolah di Jakarta tahun 2005 untuk mengampanyekan antibullying, pihak sekolah umumnya defensif. ”Mereka berkeyakinan, pendidik harus keras. Alasan guru, mereka juga dulu dikerasi dan bisa sukses,” katanya. Diena tak menyerah. Persepsi pendidik itu justru menjadi kunci masuk kampanye antibullying.

”Kami harus sabar dan memahami mengapa antibullying belum dipahami. Perlahan kampanye antibullying menyebar ke sekolah, pemerintah, hingga DPR.”

Tahun 2008, kampanye antibullying menyentuh isu mengenai hak anak. Ia menyadarkan publik mengenai hak anak yang harus dipenuhi, yakni hak untuk hidup, tumbuh kembang, dilindungi, dan berpartisipasi di bidang apa pun yang berkaitan dengan mereka.

Ia memperkenalkan pendisiplinan secara positif. ”Dalam ilmu pendisiplinan positif, hak anak diutamakan. Cara berinteraksi dengan anak berbasis nilai menghormati anak, mengajaknya berempati, bertoleransi, dan menghormati perbedaan,” katanya.

Ia menyampaikan dampak bullying dalam kaitan perkembangan otak anak. Bullying dapat membuat daya nalar anak tak berjalan.

Sentuhan yang dilakukannya dan Yayasan Sejiwa menimbulkan kesadaran di kalangan guru dan siswa. Di sekolah muncul pelatihan keterampilan sosial pada guru dan siswa untuk mengampanyekan antibullying.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com