JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi mengajak siswa-siswi SMA Negeri 70 Jakarta untuk menuliskan catatan perasaan mereka pascatawuran antara sejumlah siswa SMA tersebut dengan sekolah tetangganya, SMAN 6, pekan lalu. Bersama Satgas Perlindungan Anak, pria yang akrab dipanggil Kak Seto itu akan melakukan pemantauan terhadap kondisi psikologis para siswa yang telah mengetahui bahwa teman sekolahnya sudah menjadi tersangka atas tewasnya Alawy Yusianto Putra (15) dalam tragedi tersebut.
"Selama satu bulan kami akan mendengar keluhan dan gejolak adik-adik semua. Seluruh siswa silakan menuliskan perasaan masing-masing di selembar kertas," katanya di hadapan siswa seusai upacara bendera di sekolahnya, Senin (1/10/2012).
Kak Seto lalu mendorong para siswa untuk tetap menjaga sikap dan tidak termakan hasutan yang bisa memantik terulangnya insiden tawuran seperti pekan lalu. Selain itu, para siswa di kelas XII harus fokus mempersiapkan diri meski sjeumlah siswa ketakutan tidak akan diterima di perguruan tinggi negeri karena citra sekolahnya yang dicap buruk.
"Bagaimana pun, kalian harus tetap kompak dan menjaga nama baik serta tidak mudah terprovokasi untuk ikut tawuran lagi. Bagi adik-adik kelas XII yang sebentar lagi ujian, siapkan ikut ujian nasional dan raih nilai cemerlang," ujarnya membangkitkan semangat.
Dalam kesempatan dialog bersama para siswa, seorang siswa menanyakan cara menghadapi stigma negatif yang sudah ditujukan kepada sekolahnya.
"Gini Kak pandangan negatif udah banyak banget ke SMA 70 ini, bagaimana cara kita menghadapi dan menepis pandangan buruk tersebut?" tanya siswa kelas XII IPA 5 Deshtyan Erlangga yang ikut berdialog di lapangan terbuka upacara SMAN 70 Bulungan, Jakarta.
Dengan singkat, Kak Seto pun menyatakan bahwa cara terbaik yang perlu ditempuh saat ini adalah mencoba sabar dan menunjukan prestasi setinggi-tingginya.
"Caranya tetap menjaga komunikasi, tidak banyak mendebat dan lebih menunjukkan aktivitas positif di lingkungan sekolah. Selain itu, caranya curhat bersama dengan orangtua, curhat kepada teman, buku harian, dan yang terakhir, curhat kepada Tuhan Yang Maha Esa," tuturnya.
Di depan Dirjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad, Kadisdik Provinsi DKI Taufik Yudi Mulyanto, Kepala SMAN 70 dan SMAN 6, dewan guru, orangtua wali murid serta alumni, Kak Seto juga meminta bantuan para orang dewasa, guru dan orangtua, untuk bersama-sama memberi perhatian kepada anak sekolah dalam penanganan kasus kekerasan dan tawuran yang selama ini mendera generasi muda.
Berita terkait peristiwa ini dapat diikuti dalam topik "Tawuran Berdarah"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.