Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2012, 11:11 WIB
|
EditorCaroline Damanik

KOMPAS.com - Tawuran yang mengakibatkan korban jiwa masih menjadi topik hangat kita minggu ini. Sebenarnya ada bibit kekerasan fisik maupun mental yang enggak kalah buruk akibat dari tawuran. Kekerasan itu bahkan sering kali kita anggap ”biasa”. Itulah ”bullying”.

Kita sendiri mungkin enggak sadar sudah melakukan bullying, atau korban bullying. Seorang siswa bercerita, dia sampai memilih pindah sekolah karena tak tahan dikucilkan temannya. Ketika waktu perpisahan tiba, pelaku bullying tak merasa bahwa si teman terpaksa pindah sekolah akibat kelakuannya.

Seorang siswa lain sampai tak meneruskan mengikuti ekskul paskibra karena bentakan dan kata-kata sinis yang diucapkan seniornya. ”Waktu saya cerita ke teman lain, dia malah bilang, ’Itu biasa. Itu kan usaha dia buat mendisiplinkan kita, anak baru’,” ceritanya.

Siswi sebuah SMK di Jakarta Selatan pun sempat ditarik tiga siswi seniornya ke toilet sekolah. Di tempat ini, ia diinterogasi bak pesakitan, gara-gara siswi senior curiga si yunior jatuh hati kepada cowok yang diincarnya. Lama kemudian si yunior masih merasa ketakutan, meski sang senior menganggap masalah selesai.

Bullying itu bisa berupa pengucilan, pelecehan, pemalakan, intimidasi, ejekan, gosip, fitnah, sampai kekerasan fisik. Semakin si korban merasa tertekan atau takut, semakin senang pelaku bullying. Kami di sini biasanya mendampingi korban,” kata Amanda (16), salah seorang sukarelawan Caring Teens Community (CTC) yang berkolaborasi dengan Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa).

Nabila (17), sukarelawan lainnya bercerita, sebenarnya sejak SD sudah tahu tentang bullying dari sang bunda, seorang psikolog. ”Tetapi biarpun secara teori tahu, praktiknya enggak gampang. Buat si korban, ledek-ledekan meski cuma ucapan, sudah cukup membuat dia enggak nyaman. Efeknya dia jadi takut atau malu banget. Setiap orang, kan, punya kadar toleransi ’bercanda’ yang beda,” katanya.

Korban sekaligus pelaku

Abu (19) dan Dian (16), sukarelawan CTC lainnya bercerita, dalam kasus bullying bisa jadi pelaku sebenarnya juga korban bullying. Abu mencontohkan, siswa yang di rumah dijadikan bulan-bulanan orangtua/ortu (berarti korban), bisa mengalihkan rasa kesalnya dengan menggertak teman di sekolah (pelaku).

Amanda menambahkan, dari pengalamannya berbagi pengetahuan tentang bullying di sebuah sekolah di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, ia mendapati siswa yang dengan entengnya memukul teman. Si siswa mengaku, memukul adalah hal biasa karena dia pun sering dipukul ortu meski hanya untuk hal sepele.

Diena Haryana, Ketua Yayasan Sejiwa, lembaga yang aktif berkampanye melawan bullying, menambahkan, kedekatan hubungan keluarga penting untuk membantu anak memiliki rasa aman. Kondisi itu berdampak pada kerja otak yang seimbang, termasuk hormonnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    27th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+