JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Dwi Rio Sambodo, prihatin dengan kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan di Jakarta. Pascatawuran antarpelajar yang terjadi di Bulungan, Jakarta beberapa waktu lalu itu, dia menyatakan perlu adanya evaluasi menyeluruh sehingga kasus tawuran di Jakarta tidak akan terulang lagi.
"Evaluasi tawuran mesti diselesaikan secara komprehensif, bukan hanya dibagian siswanya, tetapi sistem pendidikannya, keamanaan aparat, dan kebijakan pemerintah harus mendukung penanggulangan konflik tawuran ini," ucap Dwi dalam diskusi publik anti tawuran pelajar di SMA Negeri 54 Jakarta Timur, Jumat (5/10/2012) sore.
Di hadapan ratusan siswa perwakilan OSIS SMA-SMK-MA se-DKI Jakarta, Dwi menuturkan tawuran antarpelajar SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 yang menewaskan satu korban jiwa itu merupakan puncak gunung es. Permasalahan tersebut paling sering muncul ke permukaan dan akhirnya, tawuran benar-benar membutuhkan penyelesaiannya.
Dalam paparannya, Dwi juga mengomentari praktik pendidikan di Indonesia. Dia menilai, evaluasi pendidikan yang berjalan selama ini masih kurang mengimplementasikan kemampuan sikap anak didik.
"Evaluasi kita selama ini lebih kepada hanya masuk di kepala anak didik saja, secara formalitas mereka menerima pelajaran tetapi sekali lagi hanya untuk dihafal saja. Buat apa?" Kritiknya.
Dwi mengaku kagum dengan sistem pendidikan menengah di luar negeri, yang menurutnya mampu menerapkan keduanya, yaitu materi dan praktik. Dia mencontohkan China. Demi membangkitkan rasa solidaritas nasional, pendidikan kewarganegaraan semacam Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan tetap disertai dengan praktik. Para guru di negara tersebut biasanya mengajak siswa terjun langsung ke komunitas warga China di daerah pedalaman.
"Mereka bertemu petani desa, atau ke kantung-kantung rumah miskin di China. Untuk apa? Hal tersebut agar bisa mencerahkan anak didik di China, bahwa masih banyak hal yang terjadi di luar sana, belajar berbagi dan mensyukuri," tandasnya lagi.
Lebih lanjut, Dwi mengharapkan aplikasi pendidikan Indonesia ke depan didasari oleh pengabdian dan cita-cita membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.