JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap akan menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) dengan alasan menjadi bahan untuk pemetaan kualitas sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh mengatakan, penyelenggaraan UN ini merupakan salah satu alat untuk mengukur kualitas pendidikan di sekolah yang ada di Indonesia.
Dari hasil UN ini, dapat diketahui bagian yang dapat ditingkatkan. "Hasil UN ini berfungsi untuk dapat mengetahui tingkat kesehatan sekolah. Jadi nanti dapat diukur mana yang harus ditingkatkan," kata Nuh, saat jumpa pers penyelenggaraan UN 2013 di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Kamis (11/10/2012).
Ia menjelaskan, berdasarkan PP 19/2004 tentang Standar Nasional Pendidikan, hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan program dan atau satuan pendidikan.
Disebutkan juga, hasil UN sebagai petimbangan untuk pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil studi dari LSPI pada tahun 2006 membuktikan bahwa UN dapat digunakan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan antar daerah dan sebagai upaya standarisasi mutu pendidikan secara nasional.
"Ini jelas kalau UN masih diperlukan untuk mengetahui kondisi kualitas pendidikan di Indonesia. Di luar juga ada seperti SATS, GRE atau GMAT," ungkap Nuh.
Dihubungi terpisah, Pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Lody Paat, mengatakan bahwa belum ada bukti hasil UN digunakan sebagai pemetaan kualitas pendidikan karena hingga saat ini Kemendikbud juga tidak pernah melansir hasil pemetaan berdasarkan hasil UN.
"Kami dari tahun 2003 sampai sekarang tidak pernah dengar hasil pemetaan dari hasil UN. Ini hanya akal-akalan saja," kata Lody.
Ia menegaskan juga bahwa pelaksanaan UN sebagai bentuk evaluasi peserta didik sebaiknya dipikirkan kembali. Menurutnya, evaluasi terbaik ada di tangan sekolah dan guru sekolah yang bersangkutan.
"Sistem evaluasi ini harus diperbaiki. Sebaiknya evaluasi diserahkan pada guru. Kalau untuk pemetaan, ya tidak usah semua. Ambil sampel saja, kerja sama dengan orang yang paham meneliti seperti ini," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.