Turun ke lapangan
Kepala SMA Negeri 8 Jakarta Wieke Salehani mengungkapkan, untuk menekan kecenderungan siswa melakukan tawuran, dia tak segan turun ke lapangan. ”Di SMAN 8 kecenderungan siswa untuk melakukan kekerasan hampir tidak ada. Yang diinginkan adalah berkelompok,” ujar Wieke.
Upaya yang dilakukan Wieke untuk mendeteksi persoalan dilakukan dengan memanggil semua siswa yang gemar berkelompok. ”Saya panggil satu-dua orang, mereka sebutkan teman-temannya, lalu saya panggil orangtuanya,” kata Wieke.
Menurut dia, untuk menyelesaikan masalah seperti itu sebaiknya langsung kepala sekolah. ”Sehingga orangtua lebih merasa ini sangat urgent. Sudah jadi pemikiran utama. Ini bukan hanya masalah anak-anak,” katanya.
Dengan sikap seperti itu, Wieke menuturkan, orangtua biasanya menjadi lebih respect (hormat). Masalah seperti ini bukan masalah sekadar lewat karena bila dibiarkan gerombolnya akan makin banyak. ”Kalau perlu kita kunjungi ke rumah,” katanya.
Sebagai langkah preventif, SMAN 8 menyempurnakan aturan yang ada dengan membuat Panduan Manajemen Sekolah yang di dalamnya antara lain berisi kode etik guru dan tata tertib siswa. ”Ini tatanan yang harus diketahui semua. OSIS tahu, anak baru juga tahu. Tidak boleh ada yang tidak tahu,” katanya.
Untuk membangun kembali kepercayaan diri siswa, Wieke juga tidak segan masuk ke kelas untuk menyapa siswa-siswa yang baru saja mendapat skorsing. ”Saya sapa mereka. Saya support dia lagi agar dia tidak terpojok, anak buangan. Agar murid yang lain tahu, dimanusiakan. Dan, ortu jadi lebih nyaman. Sentuhan khusus ini lebih efektif untuk menyadarkan mereka,” tambah Wieke.
Dalam beberapa hal, Wieke juga melibatkan orangtua murid. Salah satunya saat siswa meminta kegiatan pencinta alam dihidupkan kembali. ”Saya undang ortu pengurus, anggota, alumni senior, dan yang kemarin. Ada 100 orang. Saya sampaikan bahwa ini bukan PR sekolah sendiri. Jadi harus jadi tanggung jawab bersama,” papar Wieke.
Melalui komunikasi yang baik dengan orangtua, kegiatan siswa akan menjadi lebih terpantau. ”Lebih open (peduli), tidak jaga jarak dengan ortunya. Arahkan saja karena mereka, kan, tidak bisa dilarang,” katanya.
Soal penegakan disiplin, mencontek misalnya, Wieke menegaskan, sudah pasti akan dikenai sanksi. ”Kalau nyontek terus, ya, kita panggil ortunya. Kasih peringatan keras,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.