Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Baru Sumpah Pemuda

Kompas.com - 27/10/2012, 02:22 WIB

Demokrasi yang kita alami sebagai bagian penting dari politik Indonesia pascareformasi hendaknya memberikan pelajaran bagaimana pandangan yang menekankan serangkaian perbedaan, baik asal-usul, agama, etnisitas, budaya, dan pengalaman sejarah sering kali jadi komoditas politik yang memungkinkan satu kelompok atau perseorangan dapat untung dari perbedaan itu.

Sebuah kisah yang belum lama terjadi dalam pemilihan gubernur Jakarta memberikan pelajaran bagaimana seseorang bisa dihakimi tak layak tampil sebagai pemimpin karena latar ras dan agamanya dianggap berbeda dengan mayoritas penduduk yang menghuni provinsi itu. Namun, kita patut bersyukur, kesadaran politik yang berkembang di lingkungan populasi Jakarta, mulai dari penghuni permukiman kumuh di bantaran kali sampai dengan para pekerja profesional di gedung perkantoran modern, menegaskan metode dan sikap para politisi dalam arah itu sebagai gaung tanpa suara yang tidak cukup layak diperhatikan.

Perkembangan lain dalam globalisasi dunia saat ini adalah terjadinya persinggungan langsung dunia antarbangsa yang seakan melipat jarak. Kenyataan yang kita hadapi saat ini adalah hu- bungan dan kerja sama yang sering timpang secara ekonomi, politik, budaya, dan sosial, termasuk secara militer. Padahal, seharusnya tak demikian. Mekanisme dan sistem yang saling berhubungan dan saling bekerja sama harusnya saling menguntungkan.

Hilangnya beberapa pulau di wilayah perbatasan terpencil di Indonesia menunjukkan konsekuensi hubungan dan kerja sama yang timpang itu. Kian terpinggirkannya petani kita karena lahan dikuasai korporasi besar memunculkan penderitaan petani.

Kebijakan impor yang dipuja- puja mematikan hidup petani kita. Tambang nasional dan aset ke- kayaan nasional semakin jauh dari pengelolaan oleh negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Ini semua tantang- an yang tak dapat kita hindarkan memperingati Sumpah Pemuda.

Sebagai bagian dari generasi yang hidup saat ini, tak ada kata yang layak disandingkan dengan tekad masa lalu: keadilan yang menjadi impian seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran dan kemajuan ekonomi Indonesia boleh jadi membanggakan kita. Namun, bila itu hanya dinikmati se- gelintir saja dari ratusan juta rakyat Indonesia dan hanya terpusat di salah satu tempat, tentu akan menciptakan masalah. Ketimpangan itu terang-benderang jadi akar sekian masalah yang mendera Indonesia saat ini.

Sekarang kita boleh kecut bila di suatu waktu dalam perjalanan di negeri asing, seseorang berta- nya: mengapa di negeri Anda an- tara satu tetangga berkelahi karena beda keyakinan dan latar suku? Mengapa jarak antara mereka yang menikmati kekayaan dan yang terjerembap dalam kemiskinan begitu timpang di negeri Anda?

Saatnya kita berharap mendengar pernyataan bahwa meski tak kaya raya dan menghasilkan produksi melimpah ruah, Indonesia adalah negeri yang adil dengan kualitas peradaban dan mentalitas kewargaan yang tinggi di dunia. Saatnya kita memasuk- kan wacana keadilan dalam memberi makna penting terhadap Sumpah Pemuda dan menegaskan sumpah baru bagi hidup kita sekarang di Indonesia.

Puti Guntur Soekarno Anggota DPR Fraksi PDI-P

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com