Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2012, 14:30 WIB

KOMPAS.com - Bekerja di kantor bisa menjadi pleasure ketika suasananya menyenangkan dan kondusif. Situasi kerja yang nyaman juga dipengaruhi perilaku rekan kerja. Namun tak semua rekan kerja menyenangkan, sebagian bisa jadi memiliki kepribadian yang merusak mood kerja bahkan memicu stres.

Jika Anda menghadapi situasi kerja seperti ini, simak beberapa saran dari para pakar dan praktisi mengenai cara menghadapi suasana kerja yang tak nyaman karena sikap menyebalkan dari rekan kerja yang memiliki karakter ini:

1. Pencuri perhatian.

Saat rapat, Anda sedang mengumumkan tim Anda berhasil menggaet klien, si pencuri perhatian mulai beraksi. Alih-alih memberikan selamat atau mengapresiasi keberhasilan tim Anda, ia justru mengalihkan perhatian dengan cerita keberhasilannya sendiri.

Samantha DiGennaro, pendiri agensi public relations, DiGennaro Communications, menyarankan biarkan saja si pencuri perhatian mengalihkan topik pembicaraan. Hadapi dengan tenang dan lanjutkan memberitakan kabar baik itu. Untuk membuatnya bungkam, sebaiknya pilih kata-kata tepat. Umumkan keberhasilan Anda dengan mendahulukan kepentingan tim. Jadi, alih-alih mengatakan, "Saya berhasil mendapatkan klien" katakan saja, "Perusahaan kita berhasil mendapatkan klien X."

2. Banyak bicara.

Awalnya rekan kerja yang banyak bicara ini mendatangi Anda untuk menanyakan sesuatu, tapi percakapan berlanjut dengan cerita tentang dirinya. Anda pun menjadi frustasi dibuatnya karena hal ini menyita waktu Anda.

Rekruter berbasis di New York, Patricia H Lenkov menyarankan saat menghadapi situasi ini, tunjukkan bahwa waktu penting bagi Anda. Kalau tipe rekan kerja seperti ini mulai mendatangi Anda, katakan saja, "Ada apa? Saya ada janji menelepon lima menit lagi." Dengan begitu, sekalipun ia tetap bicara, sikapnya takkan menganggu pekerjaan Anda.

3. Stres sendiri dengan keteraturannya.

Rekan kerja Anda serba teratur, dalam merapikan kertas kerjanya, merencanakan rapat, bahkan hingga menentukan makan siang di mana. Sikapnya ini secara tak langsung bisa saja membuat Anda ikut-ikutan stres dibuatnya. Meski Anda tak bisa mengontrol sikapnya, Anda bisa mengontrol reaksi terhadapnya.

Pakar sumber daya manusia dan penulis Reality-Based Leadership, Cy Wakeman menyarankan Anda bisa menawarkan bantuan kepadanya saat ia mulai terlihat stres mengatur semuanya. Utarakan niat Anda dengan tenang. Jika dia terlalu sibuk untuk menjawab respons Anda, jelaskan padanya bahwa sikapnya hanya membuat situasi semakin stres daripada kelihatannya.

Dengan begitu ia akan melihat fakta bahwa sebenarnya kondisinya tak separah yang ia bayangkan. Sikapnya hanya akan membuatnya semakin stres padahal tak harus demikian. Jika ia masih juga tak mengiraukan pendapat Anda, sederhana saja, tinggalkan saja ia dengan semua hal yang membuatnya stres dan jalani hari Anda.

4. Selalu bilang tidak.

Rekan kerja seperti ini cenderung tak mau mendengarkan ide atau mempertimbangkan saran Anda, bahkan menolak menjalankan program yang Anda tawarkan. Kalau Anda meminta bantuannya melakukan sesuatu di luar tugas utamanya, jangan heran jika ia mengatakan tidak.

Jangan mudah terperangkap dengan sikap negatifnya, saran pakar komunikasi bisnis, Andrea Nierenberg, presiden The Nierenberg Group. Untuk menghadapi rekan kerja seperti ini, mulailah melakukan percakapan yang memberikan kesempatan kepadanya untuk berpendapat mengenai sesuatu atau program yang Anda ajukan.

Dengan mengajukan pertanyaan mengenai pendapatnya tentang program tersebut, rekan kerja Anda akan lebih bisa menerima ide Anda. Berikan juga kesempatan kepadanya untuk memberikan solusi lain.

5. Tak punya etiket.
Anda merasa terganggu dengan sikap rekan kerja yang semaunya. Memasang musik bersuara kencang yang menganggu konsentrasi Anda. Atau dia membuat dapur kantor berantakan setelah memasak sesuatu, tanpa membersihkan atau merapikannya kembali.

Anda berhak memintanya untuk berhenti bersikap semaunya. Namun, jika Anda bukan atasannya, sikap Anda tersebut akan diresponsnya sebagai bentuk konfrontasi.

Lenkov menyarankan, untuk menghadapi perilaku rekan kerja seperti ini, bicaralah dengan manager Anda. Atau berikan usulan kepada superior Anda untuk mengirimkan email kepada semua karyawan untuk tetap mematuhi etiket di kantor.

6. Pemalas.
Jika rekan kerja Anda menunjukkan sikap pemalasnya, seperti datang telat ke kantor tapi pulang lebih awal, atau mengambil waktu makan siang lebih panjang, perilakunya hanya akan menyulitkan dirinya. Namun, sikap seperti ini juga berpengaruh pada Anda jika mulai terkait dengan kerja tim.

Jangan sampai sikap pemalasnya merusak rencana kerja Anda dan tim.  Susan Zeidman, manajer portfolio di organisasi training dan manajemen, American Management Association menyarankan kalau Anda berkolaborasi dengan si pemalas dalam satu tim kerja, minta kesepakatan mengenai keterlibatannya dalam kerja tim tanpa bersikap mengkritisi.

Saat kerja tim berlangsung, atur rencana kerja dan tuliskan dalam email yang Anda kirimkan ke seluruh anggota tim juga atasan Anda. Dengan begitu semua pihak akan memantau kinerjanya, apakah ada deadline yang terlewatkan olehnya.

7. Senioritas.
Perbedaan generasi yang timpang kerap ditemui dalam dunia kerja. Kadang perbedaan generasi ini membuat Anda sebagai generasi baru, terganggu karena memiliki rekan kerja senior yang kadang bertindak sesuka hatinya. Meski ia bukan atasan Anda, ia kerap meminta Anda melakukan pekerjaan tertentu yang sebenarnya bukan tugas Anda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com