Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tematik Integratif Tak Sekadar Menggabungkan

Kompas.com - 08/12/2012, 10:36 WIB
Luki Aulia

Penulis

Suyanto menegaskan, tidak mungkin Bahasa Indonesia digabungkan ke mata pelajaran lain karena akan bertentangan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam aturan perundang-undangan itu disebutkan bahwa Bahasa Indonesia harus berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri dalam kurikulum.

Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, Sam Mukhtar Chaniago, tidak sependapat jika konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam Bahasa Indonesia meski hal itu bisa saja dilakukan. Dalam konteks ini, secara substantif bahasa Indonesia tetap menjadi materi utama, sementara IPA dan IPS hanya berfungsi sebagai teks atau bahan bacaan. Sebagai bahan bacaan, teks IPA dan IPS hanya akan ditujukan untuk mendapatkan pemahaman murid terhadap teks seperti bahan bacaan lain.

”Akibatnya, pengetahuan konseptual tentang ke-IPA-an dan ke-IPS-an tidak akan dapat dipahami siswa secara maksimal,” kata Sam.

Jika sebatas teks, penekanan tentu lebih difokuskan untuk meningkatkan keterampilan membaca. Jika teks itu dibacakan guru, aspek yang dikembangkan adalah keterampilan menyimak. Jika teks itu didiskusikan atau menjadi bahan diskusi, aspek berbahasa yang dikembangkan adalah keterampilan berbicara. Jika isi teks itu dikembangkan menjadi tulisan, yang dikembangkan adalah keterampilan menulis.

”Kalau begitu, keempat keterampilan berbahasa itu bisa dikembangkan dengan memakai wacana atau teks IPA, IPS, olahraga, seni, atau apa pun,” ujarnya.

Sam menilai, jika akan digunakan prinsip pembelajaran tematik integratif, sebenarnya tidak perlu ada penghapusan mata pelajaran apa pun karena semua pelajaran bisa diajarkan kepada siswa. Sam mencontohkan integrasi beberapa mata pelajaran yang memiliki keterikatan yang kuat dan mengikat dengan Bahasa Indonesia, yakni Sains, Bahasa Indonesia, dan Matematika (SBM); Sosial, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, dan Muatan Lokal (SBSBM); Agama, Bahasa Indonesia, dan PPKn (ABP); serta Pendidikan Jasmani, Kesehatan, Pengembangan Diri, dan Bahasa Indonesia (PPB).

”Bahasa Indonesia berfungsi sebagai mata pelajaran pengikat atau pemandu mata pelajaran terkait (language across curriculum). Dengan cara ini siswa sebenarnya hanya belajar empat rumpun pelajaran,” kata Sam.

Melihat pro-kontra kurikulum baru, ada baiknya sebelum diterapkan, kurikulum baru ini diujicobakan di sejumlah sekolah. Jika setelah dievaluasi hasilnya ternyata bagus, barulah diterapkan di semua sekolah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com