PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Banyak contoh baik mengenai sistem pendidikan yang ideal yang sebenarnya bisa diadopsi oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Salah satunya, dari India.
Negara yang diperhitungkan sebagai salah satu kekuatan ekonomi teratas di Asia ini juga memiliki jumlah penduduk yang besar. Namun, pemerintahnya tetap mengutamakan kualitas pendidikan bagi rakyat. Anggota Komisi I DPRD Provinsi Bangka Belitung (Babel), Sarpin, berharap, pemerintah bisa mencontoh sistem pendidikan di India.
"Selain kualitas yang bagus, pendidikan di India juga lebih murah, misalnya saja untuk buku pelajaran, mereka menggunakan bahan yang tidak terlalu bagus sehingga harganya murah, tidak seperti buku kita yang terlalu mahal," kata Sarpin di Pangkalpinang, Selasa.
Selain mengutamakan kualitas, Sarpin mengatakan sistem kurikulum pendidikan di India tidak berubah-ubah. Dengan demikian, para siswa baru dapat menggunakan buku-buku dari kakak-kakak kelas mereka. Gonta-ganti kurikulum hanya akan menjadikan siswa sebagai kelinci percobaan.
Sebagai perbandingan, dia mencontohkan, bahwa negara-negara yang jarang mengganti kurikulumnya memiliki pendidikan yang lebih maju, seperti halnya India.
"Jadi, pemerintah jangan menjadikan siswa sekolah sebagai kelinci percobaan dengan gonta-ganti kurikulum, kalau terus-terusan diganti kapan kita akan maju," tuturnya.
Bukan gonta-ganti
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, Ahmad Rivai, membantah bahwa pemerintah sengaja mengganti-ganti kurikulum. Menurutnya, pemerintah melakukan evaluasi dan mengganti bagian-bagian yang memang tidak relevan saja.
"Tapi kita melakukan evaluasi. Setiap sepuluh tahun sekali kurikulum selalu dievaluasi untuk melihat mana yang masih relevan dan tidak," kata Rivai.
Rivai menambahkan, pemerintah selalu melakukan pemantauan setiap lima tahun terkait pelajaran yang perlu dipertahankan, ditambahkan atau ditarik dari sistem pendidikan.
"Seperti saat ini, kurikulum baru yang akan diujipublikkan di Babel sekitar tanggal 20-an nanti merupakan bagian dari evaluasi," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.