Guru Harus Menulis? Ya Haruslah...

Kompas.com - 19/12/2012, 18:01 WIB
Caroline Damanik

Penulis

PASURUAN,  KOMPAS.com – Tulisan Chrisdiyanto terpilih untuk dimasukkan dalam buku berjudul ‘Guru Reflektif, Guru Pemimpin’. Dalam tulisannya yang berjudul "Menyederhanakan Konsep", dia menuliskan pengalaman saat memfasilitasi guru-guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk tingkat SMP se-Pasuruan dalam mengembangkan metode pembelajaran berbasis informasi teknologi.

Guru mata pelajaran Fisika SMK Negeri 2 Pasuruan ini menyampaikan pesan sederhana tentang pentingnya visualisasi dalam mengajar mata pelajaran IPA dengan didukung teknologi. Dengan visualisasi melalui video pembelajaran, para siswa bisa memahami materi tertentu dengan lebih baik. Pola pikir mereka pun lebih terasah untuk menganalisa.

Pesan ini bisa saja disampaikan Chrisdiyanto dengan bercerita dari orang ke orang atau di depan publik saat acara seminar atau diskusi. Namun, menurutnya, dampaknya akan lebih luas jika dia menulis. Oleh karena itu, dia menuangkan pengalamannya dalam mengembangkan kompetensi pribadi maupun rekan sejawat dalam berbagai program di Teacher Learning Center (TLC) di Pasuruan ke dalam tulisan.

Guru yang mengaku memiliki blog berisi pikirannya tentang fisika itu mengatakan para guru harus menulis. Sayangnya, banyak guru yang tidak terbiasa menulis.

“Memang budaya menulis dibutuhkan kesungguhan. Harus bisa. Banyak teman-teman kesulitan dalam menulis artikel ilmiah. Mereka perlu difasilitasi, diajari menulis. Menulis itu sebenarnya sederhana. Apa yang kita ingat itu saja yang kita tulis dulu. Mungkin enggak tahu mau mulai dari mana, tulis apa aja yang kita ingat. Jadi kemudian setelah itu bisa mengatur alur,” tuturnya kepada Kompas.com, Selasa (18/12/2012).

Bupati Pasuruan, Dade Angga, mengungkapkan pentingnya seorang guru untuk menulis. Menulis menunjukkan tingkat pemahaman seseorang akan tugas dan profesinya.

“Itu sangat penting sekali. Gemar menulis itu menawarkan satu solusi, misalnya, mereka harus tahu, potensi sekarang begini, potensi ke depan begini, menunjukkan bagaimana caranya dia memahami sesuatu. Jadi, itu jangan cuma ngomong tok, harus dituangkan dalam tulisan. Kenapa harus? Karena ngomong kan gampang, begitu nulis kan susah,” ungkapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau