Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natal di Perbatasan, Berbagi Kebersamaan

Kompas.com - 22/12/2012, 10:51 WIB
Josie Susilo Hardianto

Penulis

KOMPAS.com - Bulan Desember masih berumur muda saat iring-iringan Santa Klaus itu berkeliling Kota Jayapura, Papua. Ia duduk di kendaraan bak terbuka yang berfungsi sebagai pengganti kereta salju. Di kiri dan kanan tempat ia duduk, dua gadis bergaun putih bak malaikat duduk bersimpuh. Sementara para Piet Hitam duduk berjejer di ujung bak menghadap ke belakang.

Para pemuda dengan menggunakan topi merah milik Santa Klaus mengiringi dengan menggunakan sepeda motor. Mereka berbaris berjajar sebanyak dua lajur, mirip iring-iringan rusa salju yang menghela kereta salju sang Santa.

Mereka berkeliling ke rumah- rumah anggota jemaat untuk membagikan kado natal layaknya tugas Santa Klaus. Dari arah ketinggian bukit-bukit yang mengelilingi Kota Jayapura hingga Abepura, dentuman meriam karbit membahana saling berganti laksana deru laju kereta salju.

Di lerengnya pondok-pondok natal mulai didirikan secara bergotong royong. Pondok itu tidak hanya dipenuhi taburan gemerlap lampu hias, tetapi juga semarak dengan pengeras suara yang memutar lagu-lagu natal.

Saat usia bulan Desember semakin menua, Kota Jayapura semakin tenggelam dalam kegembiraan perayaan itu. Pondok-pondok semakin menjamur hampir di setiap sudut kota.

Iring-iringan rombongan Santa Klaus semakin sering dijumpai berkeliling dan lagu-lagu natal terdengar terus dari pagi hingga malam tiba.

Sekitar 80 kilometer dari pusat keramaian itu, Leni Bonggoro (14), siswa kelas VIII SMP YPPK Taruna Tegasa yang tinggal di Asrama Putri Don Bosco, Asro, merayakan Natal bersama teman-teman asramanya, seperti Dolli Damiana Sumel dan Elisabeth Apyaka, dalam balutan kerinduan.

Natal tahun ini mereka tidak pulang ke kampung asalnya. Leni Bonggoro berasal dari Kampung Ampas, Distrik Waris, yang berada di perbatasan dengan Papua Niugini. Sementara Dolli berasal dari Kampung Web, tak jauh dari Waris, dan Elisabeth dari sebuah kampung di Pegunungan Bintang yang terletak di wilayah Puncak Mandala.

Tengah gundah

Bukan sekadar letak kampung mereka yang jauh. Mereka memang memutuskan untuk tetap tinggal di asrama demi menemani Dolli yang tengah gundah.

Dolli gagal meraih impiannya menjadi juara di kelasnya. ”Ada sedikit persoalan dengan guru yang membuat konsentrasi belajar saya kurang,” cerita Dolli.

Persoalan itulah yang membuat dia tidak bersemangat dan memilih tinggal di asrama untuk menyurutkan kegundahan hatinya.

Dolli beruntung karena Leni, sahabatnya, mau menemani dia mengatasi perasaan tersebut. ”Karena ia sahabat saya,” kata Leni tentang alasannya memilih tak pulang saat Natal nanti.

Meskipun demikian, mereka juga tetap menyimpan harapan dan rasa rindu untuk dapat bersama-sama dengan orangtua dan keluarga mereka di kampung merayakan Natal. Sayang, keterbatasan sarana transportasi membuat harapan mereka tidak dengan mudah dapat dipenuhi.

”Kampung saya jauh di Web, tidak ada taksi ke kampung, yang ada hanya mobil sewa. Satu orang bisa bayar Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Kami tidak memiliki uang cukup untuk pulang-pergi,” Dolli memberi alasannya yang lain.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com