Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurikulum 2013 dan Generasi Emas

Kompas.com - 22/02/2013, 02:28 WIB

Perubahan kurikulum, antara lain, dimaksudkan untuk menyongsong generasi emas Indonesia. Jika perubahan kurikulum ini dilakukan sekarang, peserta didik atau siswa sekolah saat ini akan berusia 40-50 tahun pada tahun 2045, pada saat bangsa Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Rentang usia tersebut adalah usia produktif pada level kepemimpinan di segala sektor dan bidang pekerjaan. Alhasil, masa itu adalah abad emas bagi Indonesia.

Lembaga internasional, seperti Goldman Sachs dan McKinsey Institute, telah meramalkan Indonesia akan masuk sebagai the next BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China). Lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan IMF juga mengatakan, Indonesia termasuk the emerging market countries seperti Turki dan Korea Selatan.

Prediksi demikian bukan suatu hal yang mustahil, mengingat Indonesia punya segala hal untuk maju. Sumber daya alam yang melimpah dan variatif serta penduduk yang besar (sekitar 230 juta jiwa), 70 juta jiwa adalah kelas menengah yang mempunyai daya kreatif dan daya beli yang tinggi. Belum lagi kekayaan budaya yang sangat dinamis dan variatif. Semua itu adalah potensi geopolitik dan geoekonomi yang sangat kuat bila dikelola secara baik dan terencana oleh manusia-manusia terdidik. Namun, kata kunci utamanya adalah pendidikan. Bagian terpenting dari pendidikan itu adalah adanya kurikulum yang komprehensif.

Jadi, yang perlu diingat, kita sedang menyusun kurikulum untuk generasi emas Indonesia. Sebuah generasi yang akan memimpin kebangkitan Indonesia menghadapi tantangan yang jauh berbeda dibandingkan saat ini.

Saran

Untuk itu, saya berharap penyusunan dan penerapan Kurikulum 2013 dilakukan secara cermat dan teliti sehingga dapat diimplementasikan sebaik mungkin, dengan melibatkan segenap komponen masyarakat terkait. Saya menyarankan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya untuk melakukan sosialisasi secara optimal ke sejumlah kalangan terkait dengan penerapan kurikulum. Transisi implementasi kurikulum lama ke kurikulum baru hendaknya tidak menimbulkan beban pembiayaan yang tinggi bagi masyarakat.

Terkait dengan ini, saya ingin menekankan bahwa pendidikan adalah martabat bangsa. Karena itu, jangan sampai ada yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikannya akibat tidak mampu membayar biaya sekolah, tak mampu membeli buku dan lain-lain. Bila hal itu terjadi, itu berarti kita mengabaikan martabat bangsa.

Setiap perubahan tentu melahirkan tantangan sekaligus peluang untuk maju. Pengalaman bangsa kita dan juga bangsa lain tentu mengajarkan bahwa mengakomodasi nilai-nilai baru dan meninggalkan nilai-nilai lama yang usang dimakan zaman tentulah tidak mudah. Namun, selalu ada harapan dan optimisme untuk selalu maju ke depan menuju kondisi bangsa yang lebih baik dan maju.

Filsuf Bertrand Russel mengatakan, kurikulum penting, tetapi yang tak kalah penting juga metode pengajaran dan spiritnya. Dengan metode pengajaran yang tepat dan mengena dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan, ditambah spirit pendidikan yang selalu menyala di setiap pengajar dan peserta didik, proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari rohnya.

Selamat bekerja Bapak Mohammad Nuh beserta jajarannya. Selamat mengantarkan generasi emas Indonesia menuju abad kejayaan.

ABURIZAL BAKRIE Ketua Umum Partai Golkar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com