”Bersama Jepang dan beberapa negara ASEAN, (Indonesia) saat ini terus mengupayakan kerja sama pemanfaatan sampah untuk listrik. Usaha ini menjadi kegiatan ekonomi hijau,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim pada seminar ”Penguatan Kapasitas ASEAN dalam Pemanfaatan Landfill Gas Sampah” di Jakarta, Selasa (5/3).
Seminar diprakarsai Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI bekerja sama dengan Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF). Menurut Lukman, Bantargebang menjadi salah satu contoh penerapan produksi listrik dari gas metana yang dipetik dari penumpukan dan pelapukan sampah.
”LIPI mendorong untuk pengembangan yang lebih luas lagi di Indonesia,” kata Lukman.
Sementara itu, Vice Managing Director TPST Bantargebang LF Lumbantoruan mengatakan, pembuatan 270 sumur gas sudah dimulai sejak tahun 2009. Wilayahnya mencakup tiga zona. ”Setiap zona memiliki luas 20 hektare-25 hektar,” kata Lumbantoruan.
Menurut dia, pemanfaatan gas metana berasal dari sampah organik. Namun, sayangnya, saat ini sampah dari masyarakat belum terpilah.
Diperkirakan, volume sampah organik mencapai 55 persen. Selebihnya, sampah plastik dan sebagainya yang dimanfaatkan para pemulung.
”Para pemulung ini turut berjasa memilah dan memanfaatkan kembali sampah nonorganik,” kata Lumbantoruan. Lewat pemanfaatan sampah organik, volume total sampah jelas akan berkurang banyak.
Kemarin, beberapa ahli dari Thailand dan Jepang menjadi narasumber dalam seminar tersebut. Seorang ahli di antaranya Sirintornthep Towprayon dari King Mongkut’s University of Technology Thonburi.