JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait dengan substansi dalam Kurikulum 2013 yang diklaim kental dengan pendidikan karakter, Psikolog Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ifa Misbach, berpendapat bahwa sebagus apa pun kurikulum diintegrasikan dengan pendidikan karakter tidak akan berjalan optimal apabila tidak ada contoh langsung. Pasalnya, anak hanya akan dicekoki konsep dan teori tanpa memiliki teladan untuk menerapkannya.
"Kunci pendidikan karakter adalah peranan atau role model yang nyata. Jadi percuma saja, diajarkan harus jujur dan berbuat baik sesama tapi anak melihat gurunya lakukan jual beli nilai," kata Ifa di Gedung C Kemdikbud, Jakarta, Rabu (27/3/2013).
Ia juga menuturkan kisah yang terjadi pada tahun lalu terkait dengan Ujian Nasional (UN). Ada siswa dari sebuah SD Negeri di Jakarta yang dipaksa untuk menyebarkan jawaban soal ujian, namun saat si anak bertindak jujur dan mengadukan kasus tersebut kondisi malah berbalik menjadikannya dan keluarga dimusuhi masyarakat.
"Kalau seperti ini, anak akhirnya memilih buat apa saya jujur kalau malah dapat hukuman. Lebih baik saya jadi pembohong saja," ujar Ifa.
Untuk itu, pemerintah harus membuat program yang jelas terkait pendidikan karakter dan melatih guru agar mau memberi contoh nyata. Sementara rencana dalam kurikulum baru yang akan menyisipkan etika dalam ilmu pengetahuan dianggapnya tidak akan berjalan sempurna.
"Ilmu pengetahuan memang harus dipandu dengan etika. Tapi tidak bisa disisipkan begitu saja karena justru akan menghilangkan esensi dari ilmu pengetahuan," jelas Ifa.
"Sekali lagi, pendidikan karakter bukan di kurikulumnya tapi di programnya. Dan jadikan anak generasi yang berani berpendapat jangan hanya sekadar mengiyakan semua kata guru," tandasnya.
Kontroversi mengenai substansi pendidikan karakter masih berlanjut. Muncul kritikan bahwa pendidikan karakter semestinya diaplikasikan pada sebuah program pendidikan bukan langsung dimasukkan dalam kurikulum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.