Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Jujur, Tak Mampu Menalar

Kompas.com - 25/04/2013, 11:05 WIB
M Zaid Wahyudi

Penulis

Kondisi ini membuat nilai kejujuran hanya ada pada manusia. Dominasi otak bagian tengah dan otak bagian belakang pada binatang membuat keputusan yang diambil binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup, tidak memperhitungkan benar atau salah.

”Karena kemampuan berpikirlah manusia disebut Homo sapiens yang artinya makhluk yang bijaksana,” katanya.

Karena sudah ada dalam otak manusia, manusia tak perlu diajarkan kejujuran lebih dulu untuk berbuat jujur. Kejujuran, menurut Taufiq yang juga pendiri Center for Neuroscience Health and Spirituality Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, tidak berkaitan dengan ajaran agama. Ini membuat manusia yang tidak beragama atau tidak percaya Tuhan juga bisa berbuat jujur.

”Agama memperpendek proses pembelajaran tentang kejujuran dan menunjukkan apa dan bagaimana kejujuran itu,” katanya. Sebelum ada agama, manusia harus berusaha keras menjelaskan apa itu kejujuran dan dusta karena keduanya merupakan hal-hal yang bersifat abstrak.

Meski kejujuran adalah bawaan manusia, tidak ada seseorang yang tidak pernah berbohong. Karena itu, bohong besar jika ada orang mengaku tidak pernah berbohong. Dalam hidup setiap manusia, selalu ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dan sifat alamiah manusia selalu ingin mempertahankan kenyamanan itu, kalau perlu berbuat tidak jujur.

Dalam nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, ada ketidakjujuran yang bisa ditoleransi yang dikenal dengan istilah bohong putih (white lie). Tindakan itu biasanya dilakukan untuk melindungi atau mencapai tujuan yang lebih besar.

Mencontek atau menyuruh siswa mencontek, memanipulasi anggaran, atau berbohong dengan dalih melindungi institusi tertentu tidak termasuk bohong putih karena dalam jangka panjang perbuatan itu memiliki daya rusak yang hebat.

Secara terpisah, dosen psikologi motivasi di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Bagus Riyono mengatakan, ketidakjujuran disebabkan tidak adanya kearifan dalam bertindak. Akibatnya, tindakan yang diambil lebih banyak didasari atas kepentingan sementara, kepentingan pribadi atau golongan, keinginan berlebih terhadap materi, atau pengakuan orang lain. Kepentingan jangka panjang maupun kepentingan yang lebih besar pun terabaikan.

Pendidikan

Upaya membentuk manusia yang jujur dapat dimulai dari pendidikan yang mengedepankan logika siswa. Hal itu karena kejujuran terkait dengan kemampuan berpikir atau menalar. Kemampuan berpikir logis akan merangsang dan membiasakan korteks prefrontalis siswa aktif bekerja.

”Selama sistem pendidikan Indonesia masih mengutamakan kemampuan menghafal dan abai dengan menalar, maka koruptor baru akan terus bermunculan,” kata Taufiq.

Otak bersifat plastis alias mudah dibentuk. Struktur otak dapat berubah akibat kondisi lingkungan yang berubah. Karena itu, jika kemampuan menalar tidak dibangun, proses pengambilan keputusan yang mendorong berbuat jujur juga tidak akan berkembang.

Bagus menambahkan, kemampuan logika saja tidak cukup untuk membangun kejujuran. Perbuatan jahat juga bisa dicarikan penjelasan logisnya. Pendidikan yang mengedepankan kemampuan bernalar juga harus diikuti pemahaman mengenai perspektif yang benar tentang hidup dan hakikat kehidupan.

Kearifan, perspektif hidup, dan hakikat kehidupan seharusnya dapat diperoleh siswa melalui pendidikan agama. Namun, Bagus yang juga Wakil Ketua Asosiasi Psikologi Islami menilai, pendidikan agama di Indonesia masih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat ritual, bukan membangun spiritual siswa.

”Pendidikan agama masih berorientasi pada persoalan syariat atau hukum agama, belum menyentuh hakikat atau hal-hal di balik syariat,” kata Bagus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com