Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetap Bersekolah walau Harus Menjadi Buruh

Kompas.com - 02/05/2013, 09:48 WIB

Setiap pasang bulu mata palsu dihargai Rp 170. Setiap bulannya, Indah dan dua adiknya bisa mendapatkan Rp 150.000 dari hasil membuat bulu mata palsu. Meski lebih sering habis untuk makan, Indah beberapa kali menyisihkan hasil kerjanya untuk tabungan sekolah.

Namun, dengan bekerja, bukan berarti Indah melupakan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Ia dan adik-adiknya membatasi pekerjaan membuat bulu mata palsu hingga jelang magrib. Selepas itu, mereka belajar hingga larut malam.

Berprestasi

Dengan keterbatasan uang, asupan gizi ketiga pelajar ini sangat tidak memadai. Mereka bahkan tidak pernah sarapan sebelum sekolah. ”Seringnya hanya makan sekali. Paling nasi dengan sayur singkong, ” ujar Supriyani yang bercita-cita menjadi atlet tenis meja.

Walau begitu, mereka tetap berprestasi. Indah yang bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis, misalnya, sejak awal SMP selalu menduduki peringkat 10 besar di kelas. Juliah bahkan meraih peringkat kelima di kelasnya, sementara Supriyani memiliki prestasi di bidang olahraga dan pernah mendapat beasiswa karena juara II tenis meja tingkat kabupaten.

Indah mengaku ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan (SMK) mengambil jurusan akuntansi. Namun, dia kembali menghadapi dilema karena lokasi SMK terdekat berada di Kecamatan Bobotsari, 25 kilometer jauhnya dari rumah.

”Apalagi, nanti, SMK sudah harus bayar. Saya juga takut susah mengatur waktu belajar dan kerja,” kata Indah.

Guru Bimbingan Konseling SMPN 4 Rembang, Sri Supriyatiningsih, kagum dengan semangat belajar ketiga siswinya itu.

Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Purbalingga mencatat, tenaga kerja yang tertampung pada ratusan plasma industri wig dan bulu mata palsu mencapai 26.000 orang. Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Purbalingga Supono tak menampik bahwa sebagian di antara mereka adalah anak usia sekolah.

Terkait banyaknya siswa putus sekolah di Purbalingga karena menjadi buruh, Ketua Dewan Pendidikan Purbalingga Sudino khawatir hal itu menjadi bom waktu. Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko memastikan Indah dan adik-adiknya mendapatkan bantuan siswa miskin (BSM) agar mereka paling tidak bisa menuntaskan pendidikan dasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com