Kiswanti, Lulusan SD yang Berhasil Memberantas Buta Huruf di Lebak

Kompas.com - 14/10/2013, 12:03 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

KOMPAS.com — Banyak cara dilakukan orang untuk berjuang bagi bangsa. Seperti Kiswanti, buku menjadi pilihannya untuk berkontribusi dan berperan bagi bangsanya.

Pendiri taman bacaan masyarakat Warabal atau Warung Baca Lebak Wangi, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini memang menjadikan buku sebagai senjatanya untuk memajukan Indonesia. 

Melalui koleksi buku di taman bacaan miliknya, Kiswanti berharap setiap masyarakat mendapatkan akses pendidikan yang sama. Dengan begitu, semua warga dapat menjadi manusia terdidik, baik mendidik diri sendiri maupun mendidik orang lain.

Perempuan kelahiran Bantul, DI Yogyakarta, 4 Desember 1963, menceritakan bahwa di daerah tempat ia tinggal, di Lebak, angka buta aksara justru terjadi pada mereka yang memasuki usia lanjut, yaitu di atas 70 tahun. Kebanyakan dari mereka hanya menguasai huruf-huruf kuno.

Kiswanti mengaku, upayanya sangat dilandasi prinsip tak mengenal usia dan warna kulit. Sebagai penganut Islam, ia juga memercayai bahwa ajarannya mengatakan kalau setiap orang berkewajiban untuk menuntut ilmu, mulai dari dalam kandungan hingga di liang lahat. Oleh karena itu, Kiswanti merasa memiliki tanggungan untuk mengajari para lansia dengan menumbuhkan minat baca.

"Tapi, dengan syarat, hanya untuk mereka yang mau. Tugas kita menstimulus dan merangkul mereka biar mau belajar. Saya yakin, semua yang kita lakukan dengan kebaikan pasti akan menghasilkan kebaikan. Yang jelas, kita menikmati proses itu. Kalau hasil dari proses itu baik, jadi bonus buat kita," cerita Kiswanti kepada Kompas.com di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat (11/10/2013).

Niat, rencana, dan mental kuat 

Mendirikan sebuah taman bacaan yang tadinya hanya beralaskan papan, dan kini layaknya sebuah gedung di Lebak, bukanlah perkara mudah bagi Kiswanti. Semua pengalaman, baik yang bagus maupun yang buruk, dijadikannya sebagai pengalaman berharga. Untuk melakukan sesuatu, menurut dia, harus dimulai dengan niat, rencana, dan mental yang kuat. Jangan sampai, dimulai dari hati, tapi perilakunya malah tidak dilandaskan dengan hati.

Kiswanti memberi contoh soal permasalahan tidak memiliki buku. Ia mengaku tidak punya uang untuk membeli. Nyatanya, dengan tekad bulat, persoalan ini bisa ia siasati. Kiswanti mencari pengadaan buku-buku di tukang loak koran, majalah, serta buku-buku bekas.

"Kita punya niat dan rencana, dan tak kalah penting antisipasi untuk berjaga-jaga kalau nanti saat di perjalanan kita tersandung, lalu jatuh. Jadi, selain niat, mental juga harus kita siapkan dulu," katanya.

Tumbuh sebagai seorang anak yang hanya lulusan sekolah dasar tak membuat Kiswanti patah semangat untuk terus belajar. Keterbatasan ekonomi yang dihadapi keluarganya tak menjadi batasan kegemarannya membaca segala jenis buku.

Pendidikan formal di sekolahnya diganti dengan pendidikan yang diajarkan oleh sang ayah, Trisno Suwarno. Kiswanti bertutur, ayahnya biasa berperan menjadi guru di rumah apabila telah selesai bekerja sebagai penarik becak. Upah hasil menarik becak juga digunakan untuk membeli berbagai jenis buku.

Alternatif belajar seperti itu terus diikuti oleh Kiswanti hingga ia dewasa. Selain mengandalkan upah ayahnya, Kiswanti juga memiliki cara lain agar terus dapat menambah koleksi buku dan mewujudkan taman bacaan. Misalnya, ia bekerja menjadi pengupas kacang tanah dan melinjo. Dari pekerjaan mengupas satu kilogram kacang itu ia mendapat upah Rp 7,5. Kiswanti bilang, walaupun hasilnya sedikit, ia senang menjalankan proses tersebut sehingga tidak merasa terbebani.

Ia mengaku, meski tak sekolah, dirinya rajin membaca pelajaran setingkat SMP-SMA. Jika tak mengerti, ia bertanya kepada tetangganya yang berprofesi sebagai guru. Karena kecerdasan otaknya menangkap ilmu, Kiswanti sering kali menjadi tempat bertanya teman seusianya yang justru bisa melanjutkan sekolah. Tak heran, saking semangatnya, hingga saat ini Kiswanti masih tetap berniat bisa mendirikan sebuah perpustakaan gratis.

Cita-cita itu bukan tanpa dasar yang kuat. Kiswanti pun menceritakan kembali pengalaman masa kecilnya. Sewaktu masih kanak-kanak, hasratnya menjadi anggota perpustakaan sudah ada. Namun, muncul sebuah pertanyaan dalam benaknya. Mengapa untuk menjadi seorang anggota, harus dikenakan biaya?

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Panitia SNPMB Tegaskan akan Diskulifikasi jika Peserta UTBK Terbukti Curang

Panitia SNPMB Tegaskan akan Diskulifikasi jika Peserta UTBK Terbukti Curang

Edu
Modus Kecurangan Baru UBTK SNBT 2025: Peserta Pasang Kamera di Behel Gigi

Modus Kecurangan Baru UBTK SNBT 2025: Peserta Pasang Kamera di Behel Gigi

Edu
Viral Dugaan Kebocoran Soal UTBK 2025, Ketua SNPMB: Itu Tak Akan Terjadi

Viral Dugaan Kebocoran Soal UTBK 2025, Ketua SNPMB: Itu Tak Akan Terjadi

Edu
Viral Dugaan Kecurangan UTBK SNBT 2025, Ketua SNPMB: Itu Ada Saja, Kami Investigasi

Viral Dugaan Kecurangan UTBK SNBT 2025, Ketua SNPMB: Itu Ada Saja, Kami Investigasi

Edu
Viral Kebocoran Soal UTBK SNBT 2025, Ketua SNPMB Buka Suara

Viral Kebocoran Soal UTBK SNBT 2025, Ketua SNPMB Buka Suara

Edu
6 Modus Kecurangan Siswa di UTBK SNBT 2025, Ada Kamera di Behel Gigi

6 Modus Kecurangan Siswa di UTBK SNBT 2025, Ada Kamera di Behel Gigi

Edu
Menarik Ditiru, 7 Cara SMA Al-Azhar Gelar Pensi di Mal dan Hadirkan Sheila on 7

Menarik Ditiru, 7 Cara SMA Al-Azhar Gelar Pensi di Mal dan Hadirkan Sheila on 7

Edu
Survei KPK Ungkap Praktik Menyontek Pelajar dan Kedisiplinan Guru-Dosen, Ini Hasilnya

Survei KPK Ungkap Praktik Menyontek Pelajar dan Kedisiplinan Guru-Dosen, Ini Hasilnya

Edu
Cegah Kecurangan UTBK 2025, Unair Wajibkan Peserta Pakai Sandal

Cegah Kecurangan UTBK 2025, Unair Wajibkan Peserta Pakai Sandal

Edu
2 Hari UTBK SNBT 2025 Digelar, Ada 14 Kasus Kecurangan Ditemukan

2 Hari UTBK SNBT 2025 Digelar, Ada 14 Kasus Kecurangan Ditemukan

Edu
Perluas Pendidikan Diaspora, LSPR Institute dan Kyungwoon University Jalin Kolaborasi

Perluas Pendidikan Diaspora, LSPR Institute dan Kyungwoon University Jalin Kolaborasi

Edu
SMA Cahaya Rancamaya Jadi Perwakilan Jawa Barat dalam Program SMA Unggul Garuda 2025

SMA Cahaya Rancamaya Jadi Perwakilan Jawa Barat dalam Program SMA Unggul Garuda 2025

Edu
Belum Lulus, Sudah Sertifikasi: Mahasiswa MNP Tempuh Pelatihan MICE bersama Profesional

Belum Lulus, Sudah Sertifikasi: Mahasiswa MNP Tempuh Pelatihan MICE bersama Profesional

Edu
Kisah Ines, Tempuh Perjalanan dari Papua ke Surabaya agar Bisa Ikut UTBK 2025

Kisah Ines, Tempuh Perjalanan dari Papua ke Surabaya agar Bisa Ikut UTBK 2025

Edu
Banyak Siswa Di Sekolah Masih Suka Menyontek, Ini Kata Mendikdasmen

Banyak Siswa Di Sekolah Masih Suka Menyontek, Ini Kata Mendikdasmen

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau