Mari, Memerdekakan Pendidikan Kita!

Kompas.com - 18/10/2013, 11:16 WIB

Untuk AK, satu kabupaten/kota akan memiliki minimal satu AK. Sedangkan untuk PTN baru sedang dirintis pendirian dua institut teknologi (satu di Sumatera dan satu di Kalimantan) dan dua istitut seni dan budaya (satu di Kalimantan dan satu di Papua).

Kedelapan, di tengah jumlah guru yang berlimpah, daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) justeru mengalami kekurangan tenaga pendidik. Umumnya para guru lebih suka mengajar di daerah perkotaan. Kerena itulah ditempuh kebijakan sarjana mengajar di daerah terluar, terdepan, tertinggal atau SM3T.

Selain untuk menutupi kekurangan guru, program ini juga menjadi wahana pemerataan kualitas pendidikan di daerah 3T. Setiap tahun, sejak 2011, dikirim 3000-an sarjana pendidikan untuk mengajar di terluar, terdepan, tertinggal. Mereka adalah yang lolos ketahan-malangan dari ribuan calon peserta yang mengikuti seleksi tulis dan pelatihan.

Kesembilan, khusus untuk putera-puteri dari daerah yang belum mendapatkan layanan pendidikan secara optimal, seperti Papua, dilaksanakan afirmasi pendidikan. Dalam program ini, peserta afdik ada yang diterima di SMA/sederajat dan ada yang kuliah di PTN di luar Papua, utamanya sekolah dan PTN di Jawa.  

Kesepuluh, banyak pengamat yang menyatakan bahwa pembelajaran yang ada terlalu menekankan pada hafalan, kurang memberikan perhatian pada pendidikan karakter disamping banyak membebani administrasi pengajaran pada guru. Alhasil, pelajar dan alumni banyak yang terlibat dengan tindakan asosial. Dalam konteks inilah Kurikulum 2013 patut ditempatkan sebagai terobosan untuk memecahkan masalah pendidikan kita.   

Selain standar kompetensi lulusan (SKL) yang mengintegrasikan antara sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam setiap mata pelajaran, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan active learning dalam proses pembelajarannya. Ini dirancang untuk mendorong siswa agar mampu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting) dan  membentuk jejaring (networking) sehingga terbentuk generasi yang kreatif, produktif dan afektif.

Administrasi pengajaran pada guru pun jauh berkurang dalam Kurikulum 2013. Kreativitas guru tak lagi dilihat dalam membuat silabus tetapi justeru dalam proses pembelajaran yang aktif tersebut. Sementara buku pegangan guru dan siswa disediakan pemerintah, menambah merdeka siswa, orang tua dan guru dari beban pengadaan buku.

Kesebelas, banyak dikeluhkan akses terhadap sumber belajar terbatas. Ada kendala distribusi dan daya beli. Karena itu dilakukan terobosan penyediaan bahan ajar (buku) secara online melalui layanan rumah belajar, termasuk di dalamnya buku-buku yang digunakan dalam Kurikulum 2013 Sehingga mudah diakses kapan dan dimana saja.

Kini, dengan banyaknya terobosan seperti itu, juga terobosan lain yang belum diuraikan di sini, kita harapkan dunia pendidikan akan semakin terbebas dari beragam masalah yang membelenggunya. Itu sangat penting demi masa depan Indonesia. Lebih penting lagi, kita seyogianya menjadi orang yang memerdekakan pendidikan: setiap ada masalah yang menggelayuti sistem pendidikan kita, sedapat mungkin kita berupaya mencari pemecahan masalahnya, bukan mempermasalahkan masalahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau