Lewat SM-3T, Semangat Mengabdi Membangun Negeri

Kompas.com - 21/10/2013, 18:51 WIB

Program SM-3T setiap tahunnya mengalami perbaikan-perbaikan dari sisi rekrutmen maupun teknis pelaksanaannya. Di tahun pertama, jumlah peserta yang direkrut untuk program ini adalah 2.449 orang, yang berasal dari 12 LPTK penyelenggara. Mereka disebar di empat provinsi dengan sistem seleksi langsung dari LPTK.

Pada tahun kedua, 2.950 lulusan terpilih dan disebar di delapan provinsi. Proses perekrutan pun dilakukan secara online dan melalui LPTK. Jika di tahun pertama peserta yang berasal dari daerah 3T ditugaskan kembali di daerahnya, maka di tahun ke dua tidak lagi. Mereka ditugaskan di daerah 3T lainnya.

Namun, sebelum berangkat ke daerah sasaran, para peserta SM-3T diberikan pelatihan pra-kondisi, baik akademik maupun non-akademik untuk mengabdi. Program prakondisi ini terdiri dari workshop pengembangan perangkat pembelajaran dan evaluasi, juga pelaksanaan tugas kependidikan pada kondisi tertentu, dan manajemen sekolah. Selain itu, mereka juga diberi pembinaan mental, wawasan kebangsaan, bela negara, ketahanmalangan, kepramukaan, kepemimpinan, P3K dan UKS, serta pelatihan keterampilan sosial kemasyarakatan.

Prakondisi ini berlangsung selama 120 jam pelajaran atau sekitar 12 hari. Setelah dibekali berbagai aspek, selama satu tahun ke depan mereka harus menjalankan tugas pendidikan, pembelajaran, dan pengabdian/pemberdayaan masyarakat. Usai bertugas, mereka kembali ke kampus untuk menjalani program pendidikan profesi guru (PPG).

Selama satu tahun mengabdi, banyak pengalaman yang mereka peroleh. Seperti dituturkan Candra Aprianti, guru di SDN Bilaos Amfoang Utara, jika hujan datang ia harus tidur berdiri agar tidak basah, bahkan tidak tidur sama sekali. Program ini, menurut dia, membuatnya tumbuh dewasa dengan penuh rasa syukur.

"Kami tidak pernah menyesal, semua ini kami lakukan demi masa depan kami dan bangsa," tuturnya.

Beberapa dari peserta awalnya termotivasi untuk mengikuti program ini karena bonus yang ditawarkan. Setelah sampai di lokasi, mereka sempat syok dengan kondisi masyarakat di sana. Namun setelah di sana, bonus menjadi urusan ke sekian, mereka fokus dan bangga untuk menjadi bagian untuk mencerdaskan bangsa.

Tak hanya peserta. Para siswa juga sangat merasakan manfaat program ini. Menurut penuturan salah seorang siswa di Biak Numfor, mereka sangat senang dengan kehadiran para guru ini.

"Saya senang bantu bapak atau ibu guru, karena kalau mereka mengajar saya tara (tidak) dipukul,” katanya.

Sarjana lulusan program studi kependidikan, sebelum menempuh PPG (Program Profesi Guru), diberi kesempatan mengikuti 1 tahun program SM3T untuk mengajar di daerah 3T. Selesai mengikuti program SM3T, mereka diutamakan untuk bisa mengikuti PPG. Ternyata prestasi peserta SM-3T cukup bagus.

Berdasarkan evaluasi, program SM3T boleh dikatakan berhasil. Selain kualitas peserta semakin bagus, peminat program ini juga meningkat. Ditjen Dikti banyak menerima surat dari wilayah yang meminta tambahan kuota guru dari SM3T. Padahal, semula program ini  dikhawatirkan akan ditolak oleh daerah. Ternyata yang mendaftar sebagai guru tiga kali lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Untuk menjangkau anak usia sekolah di daerah tersebut, Ditjen Dikti menyelenggarakan program Pendidikan Guru 3T (PG3T), yaitu anak-anak dari 3T diberi beasiswa di  Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).  Setelah lulus, mereka kembali lagi ke daerahnya untuk menjadi guru profesional. (ALINE/ARIFAH) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau