Demikian dikemukakan Head of Program MM Online Binus Bussiness School, Tengku Mohd. Khairal Abd, di Kampus Binus University, Jakarta, Selasa (15/4/2014). Tengku mengatakan, disiplin tersebut termasuk dalam mengumpulkan tugas-tugas tertentu untuk diunggah ke dalam sistem, mengunduh bahan ajar, serta melakukan video conference yang masuk dalam penilaian tatap muka (Mengapa Siswa Kelas "Online" Lebih Unggul dari Kelas Konvensional?).
"Sistemnya sendiri sudah menuntut mahasiswa untuk lebih disiplin. Kerjakan soal, video conference, sistem semua yang mengontrol. Harus kerjakan tugas tanggal sekian, ya tanggal sekian. Kalau tidak submit, ya sudah. Maka dari itu, bila melakukan video conference, kita menentukan dari jauh-jauh hari. Hari dan jam sekian, harus stand by, sehingga mahasiswa bisa cari koneksi internet yang bagus," kata Tengku.
Tengku, yang juga merangkap sebagai staf pengajar MM Online Binus Bussiness School memaparkan, kelas laiknya sebuah forum diskusi yang disediakan melalui sistem perkuliahan. Bentuknya seperti blog. Di forum itulah mahasiswa kemudian memberikan komentar mereka dari topik-topik diskusi perkuliahan yang dicetuskan oleh dosen. Keaktifan mahasiswa memberikan komentar di forum itu kemudian menjadi penilaian masing-masing pribadi.
"Kita menilai mereka aktif di kelas dengan aktif di forum. Kalau mereka tidak aktif, tidak ada nilainya, tidak absen. Karena mereka bisa isi forum kapan saja. Kalau mereka tidak bisa aktif sepertinya kelewatan," jelasnya.
Selain keaktifan berkomentar, sambung Tengku, tentu saja penilaian mencakup kualitas komentar mahasiswa. Menurut dia, sejauh ini jarang ditemukan komentar "biasa" dari para mahasiswa. Namun, sebelumnya diberitahukan dulu kepada mahasiswa, bahwa untuk menyampaikan komentar harus dilakukan profesional, tidak memunculkan kata-kata kotor atau kasar.
"Tidak ada yang hanya 'Saya setuju dengan komen pak anu' atau 'Saya enggak setuju'. Sudah 6 minggu enggak ada. Saya lihatnya komentar-komentar mereka tidak ada yang redundant. Artinya, dia bilang satu paragraf, paragraf berikutnya dia bilang lagi, itu tidak ada. Dia beri poinnya langsung. Tepat sasaran," kata Tengku.
Pada saat memberikan komentar, sejauh pengamatan Tengku, jarang ada mahasiswa yang menulis dengan banyak paragraf. Para mahasiswa biasanya menulis sekitar dua atau tiga paragraf.
"Jadi, biasanya mahasiswa milih kata-katanya. Dia tulis paling hanya empat atau lima baris," ujarnya.
Tak jarang, lanjut Tengku, pada akhirnya para mahasiswa beradu argumen. Di situlah dosen bertindak sebagai penengah atau moderator. Selanjutnya, bila terlihat suasana komentar semakin tidak kondusif, dosen boleh saja mengambil langkah menutup forum.
Menurut Tengku, beberapa topik yang dicetuskan dosen tak jarang mendapat tanggapan positif mahasiswa. Hal itu terlihat dari jumlah komentar yang masuk. Misalnya, pada perkuliahan pertama mahasiswa terlihat semangat memberikan komentarnya dengan tema seputar perkenalan dan metode penelitian.
Dia pun meramalkan beberapa mata kuliah yang disukai oleh mahasiswa yang akan memancing banyak komentar di forum. Misalnya, mata kuliah manajemen strategi. Mata kuliah ini mengulas tentang manajemen di tingkat top bisnis.
"Kita bicarakan bagaimana mensinkronisasi manajemen, marketing, produksi, finance, dan human resource. Semua dikombinasikan dalam bentuk tertentu sehingga mendorong strategi kita yang diinginkan. Artinya, 5 tahun ke depan perusahaan mau bagaimana, lalu apa yang harus dibuat oleh perusahaan, marketing-nya harus bagaimana, produksi, dan lain-lainnya," jelas Tengku.
"Mengapa saya bilang akan banyak komentar, karena nanti kuliahnya case based. Akan banyak kasus dimunculkan. Menariknya adalah, semua orang bisa memberikan pendapat berbeda-beda. Tapi, bisa tidak ada yang benar dan salah, karena masing-masing punya asumsi berbeda," tambah Tengku.
Dia mengaku pernah mencoba hal serupa di kelas konvensional. Di sana Tengku mendapatkan jawaban-jawaban menarik. Waktu itu, dia mengambil contoh persoalan Krakatau Steel yang hendak dijual oleh pihak asing namun kemudian ditolak oleh DPR.
Pada diskusi di kelas, para mahasiswa terbagi menjadi dua poros. Poros yang satu menyetujui penjualan, dan satu lagi memilih memertahankan karena Krakatau Steel dipandang sebagai aset negara.
"Di kelas biasa saja sangat seru. Nah, kalau yang online, perkiraan saya akan lebih seru," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.