Namun, tidak demikian menurut pandangan Head of Program MM Online Binus Bussiness School, Tengku Mohd Khairal Abd. Meskipun sistem online itu mudah, Tengku tidak ingin membuat orang menggampangkan sistem perkuliahan secara online (Baca: Mutlak, Metode "Online Learning" Bikin Mahasiswa Lebih Disiplin!).
"Saya ingin menghilangkan image perkuliahan online itu gampang," ujar Tengku, Selasa (24/6/2014).
Perkuliahan sistem online mulai diperkenalkan oleh BINUS Business School pada akhir 2013 lalu dengan masa aktif kuliah sekitar Maret 2014. Perkuliahan online itu sendiri baru diterapkan pada bidang studi Magister Management sehingga dikenal dengan MM Online.
"Pada MM Online pertemuan tatap muka dua kali setiap mata kuliah, satu kali di awal dan satu kali di akhir. Pada pertemuan akhir digabungkan dengan ujian. Pertemuan di tengah kita pakai video conference, tergantung total SKS," kata Tengku.
Namun, meskipun berbasis online, sesuai peraturan pendidikan tinggi yang menyatakan perkuliahan paling tidak sekurang-kurangnya harus dilakukan dengan tatap muka sebanyak 30 persen, maka tatap muka diadakan pada awal dan akhir mata kuliah dengan total 39 SKS dan masa kuliah 3 semester.
"Per semester ada 4 atau 5 mata kuliah," kata Tengku.
"Live streaming yang dilakukan pada tengah semester itu termasuk pertemuan tatap muka. Kita menentukan dari jauh-jauh hari. Hari dan jam sekian harus stand by sehingga si mahasiswa bisa mencari koneksi internet yang bagus," katanya lagi.
Mulanya, perkuliahan online tersebut diadakan untuk memudahkan mahasiswa yang tidak punya waktu kuliah konvensional dengan tatap muka di kelas agar tetap dapat menikmati pendidikan. Dengan sistem online, mahasiswa bisa belajar di mana saja mereka berada.
"Karena tujuannya, yang mulanya susah datang, kita fasilitasi. Jadi, alasan mereka tidak menyambung tingkat pendidikan tidak lagi ada. Dengan online, bila dia sedang di mana-mana, memungkinkan bisa tetap kuliah. Perangkatnya tidak harus dengan laptop, ada gadget," papar Tengku.
Di MM Online Binus Business School perkuliahan perdana dengan sistem online ini memiliki 20 mahasiswa. Sebagian besarnya berasal dari Jabodetabek, sementara sisanya dari luar Jakarta dan luar Jawa. Tengku, yang juga salah satu staf pengajar MM Online, menuturkan bahwa mahasiswa dari Jabodetabek sebanyak 12 orang.
"Sisanya ada dari Manado, Pekanbaru, Mataram, Surabaya, Malang, Sukabumi, dan Jambi. Jadi bisa kita bilang persentasenya itu 60 persen berdomisili di Jabodetabek dan 40 persennya di luar pulau," ujarnya.
Di antara mahasiswa tersebut memiliki latar belakang berbeda dengan studi yang mereka ambil saat ini. Sebagian besarnya masih tergolong umur produktif, yaitu sekitar usia 20 atau awal 30.
"Kita lebih banyak yang fresh graduate. Yang setahun atau dia masuk tahun kedua kerja," ujarnya.