Ingat... Jangan Pernah Gampangkan Perkuliahan Sistem "Online"!

Kompas.com - 24/06/2014, 17:43 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

Hal itu, menurut Tengku, sesuai dengan harapan para mahasiswa mengikuti MM Online, yaitu mendapatkan kesempatan kerja lebih baik, naik pangkat atau gaji lebih tinggi.

"Mereka rata-rata kuliah dengan alasan karier. Mereka mungkin melihat dua atau tiga tahun ke depan persaingan SDM bakal lebih ketat, apalagi pada 2015 kita buka pasar ASEAN. Banyak orang ASEAN datang ke sini cari kerja, bersaing dengan mereka," ujarnya.

Perkuliahan secara online diadakan berupa forum diskusi dalam sistem berbentuk blog. Pada forum diskusi itulah kemudian dosen mencetuskan topik diskusi dengan berpedoman pada silabus perkuliahan. Keaktifan mahasiswa dinilai dari komentar-komentar yang mereka berikan. Adapun dosen hanyalah sebagai moderator forum tersebut (Ingat... Di Perkuliahan "Online" Itu Dosen Cuma sebagai Moderator!).

"Untuk minggu pertama saya mendapat sekitar 70 komentar dari 20 orang mahasiswa. Kita menilai mereka aktif di kelas dengan aktif di forum. Kalau mereka tidak aktif, tidak ada nilainya," tambahnya.

Tengku pun menemukan satu keunikan dari perkuliahan online, yaitu tidak pernah terduga kapan waktunya mahasiswa memberikan komentar. Pernah, cerita Tengku, ada mahasiswa yang berkomentar pada pukul 01.00 dini hari.

"Dalam perkuliahan online, dosen ada tanggung jawab pribadi. Paling enggak sekurang-kurangnya sekali sehari dia mengecek forum. Dia tidak bisa melepas dua atau tiga hari kosong. Soalnya kalau kelamaan, bertumpuk komennya," ucapnya.

Tengku menuturkan, yang mencirikan perkuliahan MM Online dengan perkulian online sejenis adalah adanya ujian akhir semester secara konvensional. Ujian bisa dilakukan dengan tertulis maupun presentasi.

"Pada kuliah reguler ada yang tidak ada ujiannya. Tapi, kita tetap ada ujian. Di kuliah terakhir ada presentasi. Namun, tak menutup kemungkinan kita presentasi secara online. Mereka buat satu powerpoint, lalu di-upload di Youtube, lalu dosen men-download," katanya.

Bukan "e-learning"

Tengku menegaskan bahwa pembelajaran online berbeda dengan kelas e-learning. Karena pada pembelajaran e-learning, mahasiswa belajar sendiri, kemudian diujikan pada akhir semester. Tidak perlu ada pendampingan.

"Kalau di perkuliahan online, kalau kita download, mahasiswa harus baca, dan dosen harus memberi topik yang terkait dengan tema minggu tersebut, kemudian mahasiswa memberikan komentarnya di forum," ujar Tengku.

Untuk itulah, lanjut Tengku, sistem MM Online harus tetap mengadakan ujian. Ujian dibutuhkan untuk mengetahui tolok ukur mahasiswa menyerap bahan yang diajarkan atau tidak.

"Karena kita tidak tahu output-nya jika online, kita tidak tahu mahasiswa membaca atau tidak, nah di ujian itulah kita tahu," katanya.

Karena itu, Tengku berharap pembelajaran online ini memiliki kualitas yang paling tidak sama dengan pembelajaran konvensional atau harus lebih baik.

"MM Online saat ini masih dua bahasa. Ke depannya kita kembangkan dengan target profesional yang bukan hanya dari Indonesia, tetapi juga ASEAN. Kita yakin, di luar banyak orang Malaysia atau Filipina ingin bekerja di Indonesia," kata Tengku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau