Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawah Candradimuka ”Atlet” Olimpiade Sains

Kompas.com - 24/10/2014, 19:17 WIB
KOMPAS.com - Serupa atlet bintang, murid-murid berbakat sains direkrut dan dilatih jauh-jauh hari. Merekalah ”pasukan khusus” yang akan turununtuk bertarung di arena ”olimpiade otak” lokal, nasional, dan internasional.

Samuel Henry Kurniawan (17), murid SMAK BPK Penabur Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, duduk tenang di kelas. Matanya melekat ke rumus yang tertera di papan tulis. Siswa Brilliant Class (BC) XII alias kelas brilian yang pada Juli silam memperoleh medali emas Olimpiade Biologi Internasional itu bertanya kepada guru Kimia, Wira Reppi, tentang rumus tersebut. Dua murid lain ikut menyimak Wira yang kemudian menjelaskan. Hanya ada mereka berempat di kelas itu.

”Kelas khusus persiapan olimpiade, muridnya sedikit,” kata Wira di Serpong, beberapa waktu lalu. Totalnya ada 16 siswa BC X, 8 siswa BC XI, dan 10 siswa BC XII.

”Karena jumlah murid sedikit, ditambah kecerdasan yang tinggi, metode belajar mereka dengan berdiskusi,” ujar Wakil Kepala Sekolah Koordinator BC Dewi Widiananda. Kelas brilian dibentuk sejak 2008. Murid dengan kecerdasan sains di atas rata-rata dihimpun.

Itulah ”pasukan khusus” yang ditargetkan ikut ragam lomba ilmiah. Menu belajarnya? Mereka belajar dengan kurikulum nasional, internasional Cambridge, dan silabus olimpiade. Guru di kelas itu umumnya berpendidikan S-2 dan S-3.

Penggodokan tak berhenti di kelas. Para murid wajib belajar selama empat jam mulai pukul 18.00 hingga 22.00 di asrama khusus murid BC. Bahkan, mereka diawasi kepala asrama yang memastikan waktu belajar eksklusif itu tak disalahgunakan.

Program BC merupakan ujung tombak SMAK BPK Penabur Gading Serpong untuk memenangi perlombaan-perlombaan ilmiah. Di Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2014, sekolah itu menyabet 1 medali emas, 2 perak, dan 5 perunggu.

Pembinaan berkala

Murid bertalenta dalam bidang sains dan Matematika di SMAN 8 juga dibina berkala. Sejak 2006, pengelola sekolah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, itu memulai pembinaan bagi calon peserta olimpiade. Setahun sebelum olimpiade, pihak sekolah menyebar angket ke kelas X guna menarik minat siswa bergabung dalam Science Club.

Klub sains disesuaikan dengan sembilan cabang ilmu yang dilombakan di OSN, yaitu Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Komputer, Ekonomi, Kebumian, dan Geografi. Pertengahan September lalu, misalnya, ada 88 siswa mengumpulkan angket tentang pilihan minat Science Club, prestasi saat SMP, dan jadwal klub sains.

Tumpukan kertas itu memenuhi meja Ketua Pembina Siswa OSN SMAN 8 Jakarta Iman Santoso di ruang guru. Selanjutnya, para murid akan dites untuk menentukan lima siswa terbaik dalam setiap bidang.

Iman Santoso mengatakan, sebelum menjalankan model pembinaan, sekolah itu kurang berhasil menyumbang medali, bahkan sering kali gagal meloloskan siswa untuk mewakili DKI Jakarta di OSN. ”Kami percaya tak ada prestasi tanpa pembinaan serius dan bertahap,” kata Iman.

Sejumlah orangtua membantu menyediakan rumahnya sebagai tempat belajar. Ada yang menyumbangkan uang untuk membiayai pembinaan, terutama untuk honor pengajar.

Delapan tahun sistem pembinaan itu berlangsung, SMAN 8 menuai hasil. Pada OSN 2013 dan 2014, sekolah tersebut merupakan penyumbang medali terbanyak bagi DKI Jakarta.

Sekolah lain, seperti SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta Barat, menerapkan pula ”jurus” klub sains. Bedanya, murid berprestasi yang lolos seleksi klub sains hanya dilatih setiap Sabtu.

Pada 1996, sempat dibuat kelas khusus bagi murid yang pandai Matematika dan Ilmu Alam. ”Namun, di tengah perjalanan, para murid stres dengan suasana kelas yang homogen. Mereka merasa kelas itu memisahkan mereka dari siswa-siswa lain,” ujar Endang Setyowati, Kepala SMAK 1 BPK Penabur.

Kini, murid berbakat sains di sekolah itu tak dipisah dari murid lain. Ketika klub-klub mata pelajaran olimpiade, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Geografi, ingin menyaring murid berbakat, sekolah mengadakan seleksi terbuka. Pendaftar akan diterima asalkan nilai mereka di atas 70 ketika ujian seleksi.

Pengelola SMA IPEKA Puri Indah, Jakarta Barat, juga membina siswa berbakat mereka selama 1-2 jam setiap Sabtu. Kepala SMA IPEKA Puri Indah Aang Nasrudin menjelaskan, dengan program itu, murid dapat mengasah kemampuan dalam bidang kompetisi yang akan diikuti. Murid pun tidak dipungut bayaran.

Agar murid klub ilmiah ini tidak kehilangan kontak sosial, sekolah-sekolah tersebut menempuh sejumlah jalan. Ada yang menganjurkan murid menjadi tutor bagi teman-temannya yang bukan anggota klub. Cara lainnya, mewajibkan siswa mengikuti kegiatan pramuka, ekstrakurikuler, karya wisata, dan acara pesta dansa.

”Tidak mungkin saya terus-terusan belajar Matematika. Bisa pusing. Karena itu, saya bermain futsal,” tutur Nicholas Susanto, murid SMA IPEKA Puri Indah, yang menyumbang medali emas untuk DKI Jakarta dalam OSN 2014.

Daya dorong

Olimpiade sains merupakan tantangan tersendiri bagi murid brilian sains. Ivan Ezechial (14), anggota klub Fisika SMAK 1 Penabur, misalnya, menargetkan mengikuti lomba ilmiah sebanyak mungkin. ”Harapan saya, kalau sering ikut lomba, akan lebih mudah mencari universitas dan pekerjaan,” ujarnya.

Gennesa Ret (15), teman satu klub Ivan, mengikuti lomba ilmiah untuk membuktikan kemampuan dirinya. Siswa lainnya, Hana Widiapsari, dari SMAN 8 Jakarta, memanfaatkan kelas sains itu untuk menumpuk prestasi. Itulah kesempatan bagi peraih medali perak bidang Astronomi OSN 2014 tersebut untuk memperoleh ilmu yang tak didapat di kelas biasanya.

Bagi sekolah tempat murid-murid tersebut bernaung, kemenangan dalam turnamen sains tentu akan mengharumkan nama sekolah. Lewat kompetisi sains itu pula sekolah dapat memoles bakat sains murid. ”Bimbingan itu bentuk dukungan kami terhadap perkembangan siswa,” ujar Aang Nasrudin.

Iman Santoso menyatakan hal senada. Pembinaan tidak hanya memperbaiki prestasi murid di ajang OSN, tetapi juga meningkatkan kualitas sekolah. Sekolah pun dikenal atas prestasinya di seluruh Indonesia.

Lewat kerja keras dan perasan akal pikiran murid berbakat, medali-medali olimpiade sains diraih. Walaupun tak mencerminkan kualitas pendidikan secara keseluruhan di Tanah Air, setidaknya prestasi mereka menunjukkan Indonesia kaya talenta. (A07/A14/A15)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com