Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa di Pendidikan Tinggi

Kompas.com - 17/12/2014, 14:50 WIB

Masih terbelenggu

Di tengah optimisme yang menyeruak, terutama harapan hasil-hasil riset perguruan tinggi tidak lagi teronggok sebagai "karya sunyi", ada persoalan tak kalah pentingnya, yakni kemampuan melahirkan manusia berilmu dan ilmuwan unggul hasil pendidikan di perguruan tinggi. Di perguruan tinggilah manusia berilmu yang bakal menjadi penghasil inovasi itu dididik, mulai dari sikap atau karakter, pengetahuan, hingga keterampilannya.

Namun, gerak langkah perguruan tinggi di Indonesia masih terbelenggu persoalan dasar kuantitas dan kualitas. Daya saing perguruan tinggi Indonesia masih jadi pekerjaan berat yang harus segera dituntaskan. Dari total 3.485 perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di Indonesia, berdasarkan penilaian Quacquarelli Symonds (QS) University Rankings: Asia 2014, tak satu pun mampu masuk 50 top universitas bergengsi di Asia.

Bahkan, perguruan tinggi negeri berstatus badan hukum yang jadi idaman dan lambang kemajuan sebuah perguruan tinggi di negeri ini saja masih menghadapi persoalan dalam tata kelola, terutama menyangkut pengelolaan keuangan dari negara. Sebagian besar lainnya, perguruan tinggi negeri berstatus satuan kerja, terbelenggu kuat pada aturan birokrasi yang membuat mereka jalan di tempat.

Masalah klasik seperti keterbatasan dana, infrastruktur maupun laboratorium penelitian, hingga kapasitas dosen, menjadi pekerjaan rumah yang mendesak dilakukan. Penuntasan berbagai persoalan di perguruan tinggi ini menjadi awal yang menjanjikan untuk membangun kapasitas ilmuwan yang andal di perguruan tinggi dengan karya-karya cemerlang.

Tanpa menafikan beragam keterbatasan yang umumnya dihadapi perguruan tinggi di Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid mengatakan, kunci utama mendongkrak perguruan tinggi ialah dengan mengelola sumber daya manusia yang dimiliki. Sebab, perguruan tinggi mengelola manusia, memproses manusia, yang produknya adalah manusia yang lebih berkualitas, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun karakter atau akhlaknya.

Tantangan sumber daya manusia utamanya adalah dosen di perguruan tinggi saat ini, yakni lulusan S-1 sebesar 23,8 persen, S-2 62,9 persen, dan S-3 hanya 13,3 persen. Dengan kualifikasi pendidikan dosen berkualifikasi doktor dan juga profesor yang masih sedikit, wajar pula kalau karya ilmiah yang dihasikan pun masih terbatas.

Bergabungnya pendidikan tinggi di dalam naungan Kemenristek dan Dikti seharusnya mampu membuktikan peran baru perguruan tinggi yang lebih nyata bagi bangsa, bukan lagi "menara gading". Embusan angin yang membangun harapan tersebut tentu saja membutuhkan pembuktian nyata. (Ester Lince Napitupulu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com