KOMPAS.com - Pengajaran Bahasa Mandarin di sekolah-sekolah di Indonesia berkembang lebih dari satu dekade ini meskipun bukan bahasa asing yang diwajibkan di sekolah. Bahasa Mandarin pun tak melulu karena di sekolah mayoritas murid berlatar keluarga keturunan Tionghoa.
"Ni hao. Ni hao ma?" ujar Emi, guru Bahasa Mandarin SMKN 20 Jakarta saat menyapa murid sesaat sebelum memulai pelajaran. Para murid pun berusaha kompak menjawab, "Laoshi hao. Wo men hen hao. Xie xie Laoshi."
Emi, guru Bahasa Mandarin SMKN 20 Jakarta alumnus Sastra China di Universitas Darma Persada, berusaha mengembangkan cara belajar yang seru supaya murid yang belum pernah kenal bahasa Mandarin bisa senang dengan bahasa asing itu. Permainan kartu untuk memancing murid hafal dengan aksara dan arti bahasa Mandarin menjadi salah satu metode Emi.
Setidaknya, setelah belajar tiga tahun, murid mulai mampu mempraktikkan percakapan bahasa Mandarin sederhana. Bahkan, murid juga dibekali percakapan dan kosakata di dunia kerja sesuai jurusan akuntansi, pemasaran, serta administrasi perkantoran.
"Awalnya, memang bingung pas baru pertama dapat pelajaran Bahasa Mandarin, terutama tulisannya. Kan, enggak pernah belajar sama sekali, baru di SMK ini. Tapi, setelah dijalani, seru juga. Apalagi, Laoshi Emi seru mengajarnya," ujar Nurfitri Septiani, siswi kelas XII Administrasi Perkantoran.
Lain lagi cara belajar bahasa Mandarin di Jubilee School Jakarta. Di sana, bahasa Mandarin diperkenalkan sejak murid di kelompok bermain, lalu berlanjut di SD, SMP, dan SMA. Pengajaran Bahasa Mandarin tersebut juga bermanfaat bagi murid SMA yang hendak lanjut kuliah ke Tiongkok. Setidaknya, 15 murid atau lebih memilih Tiongkok sebagai tempat kuliah setiap tahun.
Lewat lagu
Koordinator Guru Bahasa Mandarin Jubilee School Jakarta Elsye Ho menjelaskan, murid di kelompok bermain mengenal kata dalam bahasa Mandarin lewat lagu-lagu. Guru menerjemahkan lagu-lagu yang sudah dikenal anak-anak ke dalam bahasa Mandarin. Sebut saja "Potong Bebek Angsa", "Nona Manis Siapa yang Punya", hingga "Jingle Bell".
Ketika di level SD, SMP, dan SMA, pengajaran Bahasa Mandarin dipisahkan menjadi dua kelas. Murid yang sudah mulai mahir dikelompokkan dalam kelas tersendiri. Demikian juga murid yang belum mahir diajar dalam ruang tersendiri dan bisa berpindah jika dirasa sudah mampu mengikuti kelas mahir.
Guru Bahasa Mandarin SMA Jubilee School, Muksin Sibarani, mengatakan, saat belajar Mandarin, murid juga diperkenalkan dengan budaya Tiongkok. Menjelang perayaan Imlek yang juga dirayakan sekolah, misalnya, kelas Mandarin diisi dengan pembahasan sejarah perayaan Imlek hingga perayaan lain terkait Imlek. Kelas juga diselingi dengan nonton video mengenai berbagai kebudayaan Tiongkok yang menarik untuk didiskusikan, tentu saja dalam bahasa Mandarin.
Pengajaran Bahasa Mandarin menjadi salah satu keunggulan di Jubilee School sejak diterapkan pada 2000. Ada 14 guru Bahasa Mandarin yang mengajar di sekolah ini. Bahkan, pada 2012, Elsye Ho terpilih mewakili Indonesia untuk menyusun buku bahasa Mandarin yang digunakan di luar Tiongkok. Elsye bersama 180 orang lainnya dari sejumlah negara diundang ke Beijing untuk menyusun buku itu.
Kemahiran murid SD berbahasa Mandarin di sekolah ini bisa teruji dalam kegiatan tahunan Mandarin Word Bee. Kompetisi ini diikuti murid kelas I-VI SD Jubilee dengan bobot soal yang melebihi kelasnya. Lomba keterampilan berbahasa Mandarin ini bertujuan melatih murid agar piawai dalam mengeja kata, mampu menerjemahkan, merangkai, sekaligus menulis kalimat dalam bahasa Mandarin.
Kemampuan bahasa Mandarin murid juga semakin terasah dengan dorongan sekolah agar murid menulis artikel dalam bahasa Mandarin di surat kabar berbahasa Mandarin. Selain itu, murid dari Jubilee School juga mampu unjuk prestasi dalam sejumlah lomba bahasa Mandarin yang diadakan institusi lain.
Bahasa internasional
Asisten Direktur Jubilee School Jakarta Yohanes Jemakir mengatakan, sekolah ini mewajibkan bahasa Mandarin bagi semua murid karena menilai salah satu bahasa internasional ini penting untuk bekal murid. Keputusan ini karena melihat pertumbuhan Tiongkok yang mampu menyaingi negara-negara Barat. Peluang menambah mata pelajaran Bahasa Mandarin ini dengan memanfaatkan muatan lokal.