Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manajemen Logistik Tantangan Besar, Indonesia Butuh SDM Unggul

Kompas.com - 30/05/2015, 11:31 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis logistik di Indonesia tumbuh semakin cepat sehingga membutuhkan dukungan pengembangan infrastruktur, integrasi pusat transportasi dan distribusi, serta penyediaan sumber daya manusia (SDM) logistik yang andal. Bisnis logistik bertumbuh sekitar 15 persen sampai 20 persen per tahunnya dengan total pasar transportasi dan logistik di Indonesia sekitar Rp1.849 triliun.

Pemerintah juga berupaya untuk membuat sektor ini menjadi efisien. Hal itu terkait masih tingginya biaya logistik nasional yang mencapai 26 persen dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

"Pertumbuhannya begitu besar dan cepat, dan secara nasional tantangan terbesar kita adalah bagaimana menekan biaya logistik ini di bawah 10 persen dari biaya produksi. Kita dukung upaya pemerintah untuk perbaikan-perbaikan infrastruktur, integrasi transportasi hingga dukungan SDM yang khusus melahirkan lulusan manajemen logistik," kata Direktur Politeknik Citra Widya Edukasi (CWE), Stephanus Nugroho Kristono, di Jakarta, Jumat (29/5/2015).

Nugroho menyampaikan hal itu terkait upaya CWE ikut mendukung pemerintah mengembangkan sektor logistik dengan membuka program studi (prodi) Manajemen Logistik. Kampus tersebut dibuka sejak 2010 lalu di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat.

Nugroho mengatakan, program Nawa Cita yang dikumandangkan Presiden Joko Widodo mencakup integrasi transportasi dan distribusi sebagai upaya menurunkan biaya logistik lima persen per tahun, termasuk mendukung cetak biru Sistem Logistik Nasional (Sislognas). Menurut dia, salah satu hal penting dalam Sislognas itu adalah penyediaan SDM bidang logistik yang mumpuni.

"Posisi geografis kita kan sangat strategis dan membuat Indonesia menjadi pusat logistik di ASEAN khususnya dan Asia. Syaratnya, bisa mampu membenahi faktor kendala yang masih ada," lanjut Nugroho.

Dia mengatakan, penguasaan mulai sektor hulu dan pemrosesan di pabrik adalah hal penting bagi industri. Namun, untuk perusahaan-perusahaan yang ingin unggul, mereka juga harus menguasai sektor vital, yakni manajemen logistik yang terpadu.

"Terpadu, mulai dari pengelolaan bahan baku, supply chain, distribusi, sampai ke bidang pemasarannya," kata Nugroho.

Untuk Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang (Jabodetabek), misalnya, menurut Nugroho, sangat dibutuhkan manajemen logistik yang handal.

"Logistik itu adalah vital, apalagi wilayah Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Purwakarta mengalami perkembangan industri sangat cepat. Di sini kami ingin memenuhi kebutuhan SDM itu," katanya.

Pihaknya sendiri telah mengantisipasi perkembangan tersebut melalui Politeknik Kelapa Sawit CWE. Nugroho mengatakan, dalam dunia perkelapa sawitan, siapapun menguasai aspek logistik secara terintegrasi akan berpotensi menjadi pemenang di industri kelapa sawit yang selain padat modal, juga dikenal sebagai industri paling dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.

"Program studi ini bukan hanya akan memahami manajemen logistik di industri kelapa sawit, tapi dunia logistik secara umum, sebab di dalamnya terkandung aktivitas manajemen logistik mulai dari purchasing, supplay chain, transportation, sampai warehousing," ujarnya.

Itu sebabnya, lanjut dia, pihaknya menargetkan menerima pendaftaran calon mahasiswa yang berasal dari Jakarta maupun Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Purwakarta lebih banyak dibandingkan dari daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Hal itu sebagaimana terjadi di dua program studi lainnya yang yakni Program Studi Budidaya Perkebunan dan Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com