Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

"Mengobok-obok" Teknologi, Mencetak Para Ahli di Rumah Belajar

Kompas.com - 30/05/2015, 20:48 WIB
Anne Anggraeni Fathana

Penulis

KOMPAS.com - Nyaris tak berkedip.Wajah Irvan Nauval tampak serius mematut ke arah komputer di depannya. Ia bersiap membongkar komputer tersebut.

Di kelasnya, setiap siswa memang mendapatkan akses pada satu unit komputer yang telah dibaringkan dan siap dibedah. Sebelum membongkar, ia dan teman-temannya sudah menerima penjelasan tentang bagian komputer itu secara teliti dan rinci.

"Senang sekali. Kami diajari cara merakit motherboard," ujar Irvan, siswa kelas 11 SMK Yayasan Pendidikan Teknologi (YPT), Banjarmasin, Kalimantan Selatan, saat ditemui KOMPAS.com di acara peresmian Rumah Belajar Samsung (RBS) di SMK YPT.

RBS merupakan hasil kerjasama SMK YPT, PT Samsung Electronics Indonesia, dan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Ada empat kelas diperkenalkan pada hari pertama rumah belajar ini dimulai, yaitu kelas IT, audio visual, elektro, dan gadget. Di setiap kelas, sekitar 20 siswa menyimak materi pelajaran sekaligus melakukan mempraktikkan langsung peralatan canggih dan sepintas "tidak main-main" itu.


Anne Anggraeni Siswa sedang mempelajari perangkat komputer secara rinci.

Sementara itu, dengung kekaguman juga terdengar dari kelas audio visual. Sejumlah televisi jenis CRT juga dibongkar dan memperlihatkan jalinan kabel yang terhubung pada tabung di belakangnya. Di depan, para guru dengan semangat menjelaskan berbagai rangkaian cara kerja televisi "jadul" itu.

Di kelas gadget, siswa dengan seru mengutak-atik perangkat kerja elektronik. Para siswa sedikit demi sedikit membiasakan diri mereka di sekitar perlengkapan elektronik yang kelihatannya begitu rumit sambil mendengar penjelasan dari sang guru.

Kelengkapan tersebut ditambah dengan SamsungSmart Library. Ada 20 unit Samsung Galaxy Tab ditempatkan pada empat meja besar. Siswa dengan leluasa saling berbincang dan belajar di antara perangkat itu. Menurut salah satu dari mereka, fasilitas tablet tersebut dapat dimanfaatkan untuk browsing dan membaca buku elektronik, terlebih buku-buku yang selama ini sulit didapatkan.

"Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengembangkan kemampuan saya. Saya sangat menghargai jika fasilitas seperti ini sampai ke Banjarmasin, tidak hanya di Pulau Jawa atau Jakarta pada khususnya. Kami anak Banjarmasin juga ingin berkembang," ujar Irvan lagi.

Anne Anggraeni Pembedahan televisi oleh siswa Rumah Belajar Samsung.

Bangkitkan semangat belajar

Keputusan menghapuskan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) dalam kurikulum 2013 rasanya seperti menciptakan sebuah kekosongan besar dalam sistem pendidikan Indonesia. Keputusan tersebut seolah memukul mundur kemajuan bagi para pemuda Indonesia.

Terlebih keputusan itu keluar jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir 2015, yang secara otomatis mendorong Indonesia bersaing dengan tenaga asing profesional dari berbagai negara. Jika generasi muda "gagap teknologi", dikhawatirkan mereka hanya akan menjadi konsumen yang duduk berpangku tangan.

Sebuah fakta saat ini, bahwa para pemuda Indonesia haus akan pendidikan yang didukung teknologi, seperti yang terlihat pada Irvan, Hasratnya besar untuk menggali kemampuannya dalam bidang teknologi. Ia mengaku, cita-citanya ingin meningkatkan infrastruktur internet Indonesia.

Zaman sekarang, tak dapat dimungkiri, banyak orang tua khawatir dengan pergaulan anak-anak remajanya saat ini. Jika pemuda usia produktif dibiarkan menganggur, kemungkinan besar kreativitas mereka akan terbawa ke arah negatif. Diperlukan wadah untuk membangun potensi dan memberdayakan kemampuan mereka.

RBS Banjarmasin seakan membuka kesempatan bagi siswa daerah mencicipi lebih jauh beragam teknologi yang beredar. Kurikulum RBS diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakulikuler SMK YPT, memadukan antara pendidikan formal dan non-formal.

Selain itu, melalui program bina lingkungan, RBS juga mengajak warga sekitar untuk bergabung dengan gratis. Selama sembilan bulan ke depan mereka yang ikut serta akan mendapat pendidikan elektronik dan softskill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai serta wirausahawan.

"Kami menerima kehadiran Rumah Belajar Samsung dengan terbuka karena selaras dengan kurikulum yang kami terapkan. Sejauh ini, warga sekitar sangat antusias mendaftar. Mereka bersama siswa kami bisa ikut belajar bersama di sore hari setelah jam pelajaran usai," kata Kepala Sekolah SMK YPT, Siti Masitah.

Hari itu pun seolah menjadi awal baru yang disambut baik oleh seluruh pihak. Ke depannya diharapkan program ini dapat mendidik pemuda untuk lebih berguna bagi Indonesia. Melalui pendidikan elektronik, diharapkan mereka nantinya dapat membangun usaha-usaha yang tidak hanya menghidupi keluarganya, tetapi juga perekonomian sekitar.

Anne Anggraeni Perpustakaan digital Rumah Belajar Samsung.

Rumah belajar

Sebelumnya, Samsung telah menjalankan program RBS di empat kota lain, yaitu Jakarta, Bekasi, Medan, dan Makassar. Siang itu, di Banjarmasin, peresmian RBS kelima ini dimeriahkan dengan kedatangan Deri Rian Suhara, seorang lulusan RBS Bekasi. Kehadiran Deri menjadi semangat tersendiri bagi seluruh juniornya di Banjarmasin.

Sebagai alumnus, ia bercerita mengenai pengalamannya selama belajar di RBS Bekasi di tahun 2013. Dengan pengalaman sebelumnya, ia tertarik mengambil jurusan Home Appliance. Di sana, Deri mempelajari teori dan praktik memperbaiki peralatan elektronik rumah tangga.

Setelah lulus pada 2014, Deri bergabung sebagai teknisi junior di sebuah bengkel Jakarta. Ketika tempat kerjanya tutup, Deri bersama teman-teman mencoba mendirikan sebuah bengkel sendiri. Ia percaya akan kemampuannya yang telah terasah selama belajar di RBS ditambah pengalaman kerjanya sendiri.

Anugrah Coolindo pun dibangun. Bengkel ini menawarkan jasa pemasangan pendingin ruangan untuk perusahaan maupun perumahan, juga pengecekan dan tes sistem instalasi pendingin ruangan. Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang mempercayakan keahlian Deri untuk membantu mereka.

"Pengalaman Deri merupakan wujud nyata dari tujuan Rumah Belajar yang diadakan oleh Samsung. Kami ingin Rumah Belajar Samsung membantu anak muda Indonesia dengan meningkatkan kualitas mereka di usia produktif sehingga dapat menikmati masa depan lebih baik, dan menurunkan tingkat pengangguran," kata Vice President Corporate Bussiness and Corporate Affairs, PT Samsung Electronics Indonesia, Kang Hyun Lee.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com