KOMPAS.com — Berguru tentang kepemimpinan tak melulu harus dari sosok laki-laki. Sekarang, banyak perempuan yang mulai menjalani peran sebagai pemimpin. Salah satunya ialah Wiwiek D Santoso atau Wiwiek, President Director PT Marga Mandalasakti (MMS).
Ditemui di acara rutin Binus Business School, CEO Speaks, di Kampus JWC, Senayan, Kamis (25/6/2015), perempuan kelahiran Malang ini berdiri penuh percaya diri membagikan pengalamannya dalam memimpin perusahaan pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak, sektor yang biasanya didominasi kaum pria.
Pada 2008, setelah MMS beralih kepemilikan ke PT Astra International, Wiwiek diminta membenahi urusan finansial intenalnya. Ternyata, masalah di MMS lebih kompleks dari sekedar membenahi urusan "perduitan".
Saat itu, Tol Tengerang-Merak terkenal memiliki kualitas yang buruk. Bahkan, tol tersebut kerap dijuluki "tol abal-abal". Sekitar 80 persen kondisi jalannya rusak. Marka jalan tak lengkap. Penerangan malam hari pun sangat minim sehingga membahayakan pengendara.
Namun, meski merasa tertantang, Wiwiek sempat ragu. Dia telah "khatam" soal otomotif saat mengabdi selama 15 tahun di Astra. Namun, soal jalan tol, dia tidak tahu apa-apa.
Namun, atas dorongan almarhum Michael D Ruslim, CEO Astra saat itu, Wiwiek akhirnya mantap terjun secara total di MMS. Ia mulai belajar dari nol.
"Saat itu, saya memilih masuk sendirian. Kenapa, karena saya tidak mau masuk ke MMS sebagai ancaman, tapi ingin bekerja bersama-sama menjadi tim. Sekarang saya jadi orang MMS, bukan orang Astra," ujarnya.
Berkomunikasi
Menurut Wiwiek, seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi dengan semua kalangan, dengan staf, pimpinan, dan rekan sejawat.
Tak perlu berpikir keras untuk mencapai mufakat. Paling tidak orang mengerti tujuan keputusan diambil.
Wiwiek mengutip ucapan Nelson Mandela, "Jika Anda bicara kepada seseorang menggunakan bahasa yang ia pahami, pembicaraan itu hanya akan masuk ke nalarnya. Namun, jika Anda berbicara menggunakan bahasanya, pembicaraan itu akan meresap dalam hati."
Menurut Wiwiek, salah satu karakter seorang pemimpin adalah berani mengambil keputusan. Saat perekonomian lesu, perusahaan-perusahaan berbondong-bondong melakukan pengurangan biaya.
Namun, Wiwiek mengaku tak ikut-ikutan. Bagi dia, pengurangan biaya hanya obat instan, tak mampu membenahi inti permasalahan.
"Yang harus dilakukan adalah bagaimana melakukan efisiensi optimal. Jangan sampai ketika ekonomi bagus malah hura-hura lagi," ujarnya.
Dalam membuat rancangan bisnis dan pengambilan keputusan-keputusan strategis, Wiwiek selalu memperhatikan proses pelaksanaan. Tidak semua asumsi yang dibuat dalam rancangan itu benar-benar terjadi. Karena itu, perlu ada pengawasan dan kontrol atau problem identification corrective action (PICA).
Maksimalkan potensi tim
Setiap Insan Mandala, sebutan karyawan MMS, didorong memberikan ide segar. Bahkan, ketika Wiwiek memutuskan mengubah logo perusahaan, dia memilih melakukan sayembara internal perusahaan, memanfaatkan potensi yang ada tanpa campur tangan konsultan.
"Saya ingin perubahan ini menjadi milik bersama," ujarnya.
Insan Mandala, terutama mereka yang bekerja langsung di lapangan, terus dipancing menelurkan ide brilian. Tak melulu dihargai dengan materi, penghargaan yang diberikan Wiwiek saat itu sederhana. Makan bersama semua petinggi MMS. Tanpa sekat batas jabatan, mereka berbincang hangat mengenai masa depan perusahaan.
Kampanye safety driving
Tiga hal ini merupakan ekspektasi semua pengguna jalan tol, yaitu lancar, aman, dan nyaman. Namun, penerapannya tidak semudah itu.
Selain terus berinovasi dalam pelayanan, Wiwiek juga merasa perlu mulai melakukan sosialisasi berkendara aman dalam program "Indonesia Ayo Aman Berkendara". Hal ini penting karena bagi industri jalan tol, pengguna yang baik adalah elemen krusial mencapai kelancaran, keamanan, dan kenyamanan berkendara.
"Sekeras apa pun usaha kami, kalau pengguna jalannya tidak tanggap dan tidak mau tahu, percuma saja," tutur Wiwiek.
Ibarat hotel, jalan pun memiliki kapasitas. Kapasitas dihitung dari kecepatan mobil melintas. Di jalan tol, kecepatan minimum adalah 60 km per jam. Kecepatan maksimumnya 100 km per jam. Jika kendaraan tidak dapat mencapai kecepatan minimal, kapasitas jalan pun berkurang.
"Belum lagi kalau ada kecelakaan. Jika TKP tidak bisa dibersihkan dalam waktu kurang dari 30 menit, kapasitas jalan berkurang. Pengguna jalan kena macet, pendapatan ke kita juga berkurang," ujarnya.
Kini, jalan tol sepanjang 72,45 kilometer tersebut telah tuntas diperbaiki. Pelayanan terus meningkat. Gardu-gardu pun dibangun baru. Bahkan, pada 2014, MMS berhasil membukukan pendapatan senilai Rp 700 miliar.
Namun, meski telah sukses memimpin MMS dan mengubah wajah Tol Tangerang-Merak, Wiwiek mengaku jabatan hanyalah amanah bagi dirinya. Bekerja adalah sebuah ibadah, yang jika dijalankan sepenuh hati akan membuahkan kebaikan dan kebahagiaan bagi diri, keluarga, dan orang banyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.