KOMPAS.com – Ini hari kerja, weekdays yang sibuk, tetapi Anda malah duduk nyaman di sofa empuk di rumah sambil sesekali menyeruput kopi. Tangan menari bebas di atas papan tuts komputer, tanpa perlu sebelumnya berdesakan di kereta atau terjebak macet di jalan.
Saat memeriksa kotak masuk e-mail, datang pesan berbunyi, "Barangnya sudah sampai, Sis. Puas deh. Nanti aku order lagi ya...". Tanpa harus pergi ke kantor berpakaian necis setiap hari, rekening bank Anda tetap terisi.
Pernah membayangkan hari-hari Anda benar-benar seperti itu? Jika iya, selamat datang di bisnis e-commerce.
E-commerce adalah bisnis berbasis teknologi informasi. Mulai berkembang di Amerika Serikat dan Eropa selama satu dekade terakhir, e-commerce sekarang tumbuh pesat dengan persaingan keras.
Karena itu, mereka yang baru akan terjun menekuni bisnis ini harus memutar otak lebih kencang. Jika tidak demikian, peluang malah bisa-bisa menghilang, tergilas kerasnya persaingan.
Jangan salah bekal
Nah, jika belum merasa cakap, sebaiknya Anda mulai menyiapkan bekal, termasuk ilmu. Menempuh pendidikan strata dua (S-2) atau jenjang magister, misalnya, bisa dijajal. Pertanyaannya, program apa yang sebaiknya diambil untuk menunjang rencana berkecimpung di bisnis e-commerce?
Bila Anda benar-benar ingin mendalami seni berbisnis di dunia digital—sisi bisnis maupun teknologinya—jurusan ekonomi tak lagi mencukupi. Jurusan yang lebih dekat dengan urusan internet akan lebih tepat, seperti informatika atau sistem informasi.
Itu pun ragamnya masih banyak. Sama-sama berurusan dengan bisnis sekaligus teknologi dunia maya, bobot minat—ke sisi bisnis atau teknologi—akan menjadi penentu pilihan Anda dengan lebih tepat.
Khusus Anda yang ingin membangun sendiri bisnis online, misalnya, maka magister yang mendalami manajemen sistem informasi akan lebih cocok. Di sini ada banyak pengetahuan tentang pengembangan sistem bisnis berbasis teknologi.
"(Magister manajemen) sistem informasi itu mengembangkan teknologi informasi untuk memenangkan dan mengembangkan bisnis," kata Head of Graduate Program in Information System Management Binus, Harisno, Jumat (22/1/2015).
Di program tersebut mahasiswa diperkaya juga dengan pengetahuan manajemen bisnis, selain mengasah kemampuan teknis terkait sistem informasi. Kemampuan analisis—dari mengindentifikasi, mengurai, hingga mencari solusi persoalan—pun dipertajam, lewat metode diskusi bedah kasus.
"Penekanan di sini tidak lagi mahasiswa diminta menyusun coding (bahasa pemrograman) tapi kemampuan analisisnya yang ditingkatkan. Bukan lagi how to memorize it, tapi how to analyze it," ujar Harisno.
Untuk mempelajari manajemen sistem informasi, Anda tak mutlak berbekal ijazah sarjana (S-1) dari jurusan yang sama maupun sejenis. Terlebih lagi, pada umumnya ada peminatan di kelas magister ini.
Di Binus, misalnya, ada dua peminatan untuk Magister Sistem Informasi, yaitu Information System Strategic Management (ISSM) dan Technopreneur. Bila Anda mengerti manajemen bisnis tetapi kurang memiliki dasar teknis, sebaiknya peminatan "Technopreneur" jadi pilihan. Bila kondisinya terbalik, ISSM bisa lebih cocok.
"Kalau di Technopreneur, mahasiswa biasanya sudah memiliki jiwa wirausaha dan punya ide bisnis kreatif. (Dia) butuh mengembangkan sistem informasi karena merupakan bagian dari rancangan bisnisnya," papar Harisno.
Sebaliknya, ISSM biasanya lebih digemari mahasiswa yang sudah punya dasar pendidikan di bidang sistem informasi atau "kerabat"-nya. Rata-rata, kata Harisno, mereka mengambil peminatan ini untuk memantapkan kemampuan manajemen.
"Jadi kalau sudah tahu bussines process-nya seperti apa, nanti tinggal (mengembangkan) bagaimana sistem informasi berperan dari bussines model yang sudah ada untuk memenangkan persaingan," lanjut Harisno.
Lain lagi ceritanya jika Anda lebih berminat menekuni sisi teknologi e-commerce ketimbang merancang model bisnis-nya. Barangkali saja Anda berniat membuka bisnis konsultan TI. Kalau begitu, Magister Teknik Informatika (TI) bisa jadi pilihan.
"Kalau (Magister Manajemen) SI lebih ke sistem proses bisnis-nya seperti apa, lebih ke arah finansial, sementara TI lebih ke arah efisiensi waktu. Tolok ukurnya berbeda," ujar Head of Graduate Program Information Tehnology Binus, Suharjito.
Suharjito mengambil situs YouTube sebagai contoh tolok ukur yang dipakai di Magister TI. Untuk pengguna gampang menikmati maupun mengunggah video lewat situs web itu, lanjut dia, butuh proses rumit yang memungkinkan juga pemakaian dari beragam peranti.
"Membuat programnya bagaimana, sistemnya bagaimana agar mudah digunakan. Koneksi antara fitur satu dengan lainnya itu bagaimana. Itu tugas TI merancang programnya," papar Suharjito.
Nah, kira-kira sudah punya pilihan? Selamat bertarung di era e-commerce!
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi: http://graduate.binus.ac.id/2016/01/25/ayo-daftar-sekarang/
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.