Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Sampah dan Pendidikan Kita

Kompas.com - 22/03/2016, 16:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Lalu ia mengumumkan,”Anak-anak, mohon agar tidak membuang sampah sembarangan.” Sudah. Seruan itu berlalu begitu saja.

Tak tahan lagi saya. Saya seret sebuah tempat sampah besar yang tadinya diletakkan di tempat yang tidak terlihat, saya bawa ke tengah arena acara. Lalu saya mulai memunguti sampah-sampah, memasukkannya ke tempat sampah.

Orang-orang di sekitar mulai tersadar lalu tergerak untuk membuang sampah mereka ke tempat sampah itu.

Dalam pertemuan dengan guru-guru saya sampaikan kritik secara terbuka kepada kepala sekolah. Ia berjanji akan memperhatikan. Kini kalau ada acara di sekolah, pihak sekolah menyiagakan sejumlah tukang pungut sampah! Luar biasa.

Persoalan pendidikan kita adalah soal pemahaman terhadap pendidikan itu sendiri, yang direduksi menjadi sekedar pengajaran. Itu terjadi baik di rumah maupun sekolah. Anak-anak kita diajari untuk tahu, bukan untuk terampil.

Anak-anak kita tahu bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya, tapi tidak terampil dalam membuang sampah. Tangan-tangan mereka tidak dibiasakan untuk membuang sampah dengan benar, maka yang menjadi kebiasaan adalah hal sebaliknya, membuang sampah sembarangan.

Anak-anak kita dilatih untuk menjadi para pelafal dan penghafal, bukan pelaku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com