Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Para Mahasiswa, Belajarlah!

Kompas.com - 02/04/2016, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Seorang mahasiswa ushuluddin tadi, bila ia punya kemampuan menulis dan jurnalistik, ia bisa menjadi seorang wartawan.

Intinya, para mahasiswa perlu menetapkan tujuan, ke dunia mana ia akan bekerja. Kemudian, ia harus mengumpulkan informasi soal portofolio apa yang harus dia bangun untuk bisa masuk ke bidang itu.

Setelah itu ia harus membangun portofolio. Portofolio bisa terdiri dari pengetahuan dari membaca berbagai buku, ikut kursus, magang, atau kerja freelance. Semakin nyata pengalaman yang dimiliki, semakin besar peluang untuk masuk ke dunia kerja.

Lalu, apa gunanya belajar sosiologi, antropologi, ushuluddin, fisika, matematika, dan sebagainya, kalau pada akhirnya tidak terpakai? Siapa bilang tidak terpakai? Banyak yang tidak menyadari bahwa kompetensi utama yang harus dimiliki sebagai hasil belajar di perguruan tinggi adalah kemampuan belajar.

Lulusan perguruan tinggi dilatih untuk menguasai seperangkat ilmu, dan prosesnya dilakukan secara (lebih) mandiri. Bidang ilmunya bisa apa saja. Jadi, sosiologi, antropologi, matematika, fisika, dan sebagainya itu hanyalah contoh dari seperangkat ilmu tadi.

Seperangkat ilmu itu tidak cukup untuk berkarir, atau bahkan untuk sekedar masuk ke dunia kerja. Mereka masih harus menambah lagi dengan berbagai perangkat ilmu lain, atau memperdalam lagi ilmu yang sudah ada, baik saat sebelum masuk kerja maupun sesudahnya.

Sebenarnya setelah bekerja nanti mereka justru harus lebih intensif menambah ilmu. Bila tidak, mereka tidak akan berkembang dalam karir.

Jadi, seorang mahasiswa sebaiknya punya portofolio. Lebih bagus bila ia punya lebih dari satu portofolio. Misalnya seorang mahasiswa akutansi punya portofolio pembukuan untuk sebuah industri manufaktur. Ia bisa menambahnya dengan portofolio tentang perpajakan.

Kalau ditambah lagi dengan pengetahuan tentang proses bisnis manufaktur secara detil, ditambah kemampuan aplikasi komputer seperti SAP, maka dijamin mahasiswa seperti ini tidak akan menganggur.

Semua itu masih perlu ditambah lagi dengan kemampuan berbahasa asing. Bahasa Inggris itu mutlak perlu. Kalau bisa ditambah lagi dengan bahasa lain seperti Mandarin, Jepang, atau Perancis, nilai tawar mahasiswa itu akan semakin tinggi.

Yang tak kalah penting adalah jaringan. Punya kenalan di berbagai tempat di dunia kerja adalah sesuatu yang sangat berharga, khususnya bila kenalan itu adalah orang yang menempati posisi kunci.

Banyak mahasiswa yang merasa cukup hanya belajar sesuai kurikulum, ikut ujian dan lulus dengan nilai tertentu. Untuk masuk ke dunia kerja itu semua tak cukup. Mereka harus membangun portofolio. Karena itu mereka harus belajar, dan belajar lebih giat lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com