Kesamaan lain, mereka percaya pada hal-hal berbau mistis. Di masa mudanya Soeharto adalah penganut kebatinan dan sering berkonsultasi kepada "orang pintar", misalnya Kiai Daryatmo.
Soeharto juga suka belajar meditasi dan bersemedi di gua-gua keramat di Jawa. Pada 1974, dia bahkan pernah mengundang PM Australia Gough Whitlam ke sebuah gua di Jawa Tengah, Gua Semar, tempatnya biasa bersemadi. Hal itu ditafsirkan bahwa Soeharto memercayai pemimpin Australia itu.
Liem pun sangat memercayai hal mistik. Dia akan menemui seorang rahib Buddha dan peramal Tao sebelum membuat keputusan bisnis besar.
Ia juga familier dengan tempat-tempat keramat di Jawa. Ia sering berziarah ke Gunung Kawi untuk berkonsultasi perihal bisnisnya. Bahkan, kepercayaannya akan fengsui menyebabkan dirinya enggan mengubah rumah tuanya di Kudus agar peruntungannya tidak berubah.
4. Karakter yang tenang
Baik Liem maupun Soeharto dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah mengumbar perasaan di depan umum. Soeharto bahkan dikenal sebagai "The Smiling General" yang tidak pernah menampakkan sikap tergesa-gesa dan meledak-ledak. Ia lebih menunjukkan sikap yang sopan dan penuh senyum.
Demikian juga dengan Liem. Orang yang mengenal dekat Liem, memahami dirinya sebagai pribadi yang tenang. Jarang sekali Liem kedapatan sedang marah atau meninggikan suara. Bahkan, bila harus marah, ia akan cepat melupakannya. Oleh karena itu, banyak orang suka padanya.
5. Menepati janji
Kesamaan selanjutnya adalah keduanya memiliki keutamaan dapat dipercaya, dapat diandalkan. Liem memiliki kepribadian menyenangkan, murah hati, halus, dan dapat dipercaya sehingga menjadi kandidat "sahabat ideal" bagi Soeharto yang juga dikenal sebagai pribadi konsisten, menepati janji, dan menjunjung kesetiaan.
Namun, hanya mengandalkan kesamaan semata belumlah menjadikan dua pribadi tersebut terus berhubungan dan akhirnya menjadi sahabat. Hal itu seperti dituturkan Anthony Salim, putra Liem Sioe Liong, tentang kedekatan ayahnya dengan Soeharto.
"Ketika berbicara dengan bos mana pun, Anda tahu di mana Anda berdiri. Dia bosnya. Dalam organisasi apa pun, bos adalah bos, tak peduli Anda menganggap bos itu bodoh atau benar atau salah, itu tidak penting, dialah yang memegang kekuasaan," ujar Anthony.
Dengan mengetahui cara menempatkan diri di hadapan Soeharto, Liem terus mendapatkan keistimewaan dan perlindungan dalam bisnisnya. Sang presiden harus mengetahui dengan sangat jelas bahwa dialah pengambil keputusan terakhir. Selain bahwa Liem bukanlah saingan politik presiden.
Eksklusif
Buku Liem Sioe Liong dan Salim Grup: Pilar Bisnis Soeharto adalah sebuah kisah pengusaha yang menjaga titik keseimbangan relasi dengan penguasa dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia di zaman Orde Baru.
Kisah Liem Sio Liong, seorang perantauan Tiongkok miskin, yang kemudian di masa suksesnya menjadi bos konglomerasi terbesar di Indonesia, berkelindan dengan narasi perekonomian Indonesia. Sangat menarik karena dituturkan dalam gaya jurnalistik, yaitu dengan masukan eksklusif dari Liem Sioe Liong dan Anthony Salim. Lengkapnya bisa disimak di sini.
MAHATMA CHRYSHNA/PENERBIT BUKU KOMPAS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.