Sepanjang perjalanan kota Siantar-Merek, melintasi kabupaten Simalungun, Sumut kita akan terus berselisih di jalan dengan bis Sepadan, yang sudah sangat akrab di masyarakat. Semua penumpangnya tahu apa arti SEPADAN, SEtia PADa Agama dan Negara.
Anak sekolah pun sering menggunakan jasa bis Sepadan ini. Terkadang penumpang sampai naik ke bagian atas bis karena tak dapat kursi di dalam bis. Itu tanda spirit hebat anak-anak di sana menimba ilmu; tak hanya pandai tapi juga harus bijak dan serep marroha (rendah hati).
Semangat sekolah untuk menimba ilmu setinggi langit sangat kuat di Simalungun, Toba dan sekitarnya. Nahum Situmorang, sang komposer besar Batak sampai menuangkannya dalam lagu "Anak hon hi do hamoraon di au", yang menggambarkan anak adalah kekayaan utama sehingga harus disekolahkan kemana pun diujung dunia dengan segala daya dan upaya.
Hari ini, 2 Mei 2016, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang diambil dari hari lahirnya Ki Hajar Dewantara. Kita mencari ribuan bahkan jutaan Ki Hajar Dewantara baru di seluruh pelosok negeri.
Untuk apa ? "Membuat orang jadi pintar penting, tetapi kebih penting membuat orang jadi tangguh dan tak mudah menyerah", seperti pesan SBY. Pesan ini disampaikan SBY saat mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016 via twitternya, Senin 2/5/16 pukul 13.28 wib.
Pendidikan kita harus menghasilkan anak didik yang pintar, pandai dan bijak; tangguh dan tak mudah menyerah. Dalam bahasa yang lebih patriotik, menjadikan mental dan spirit #bangsajuara harus tertanam sempurna di dalam sanubarinya.
Efarina di Simalungun
Dari dalam bis Sepadan, yang meluncur di jalan raya di Simalungun, pandangan kita akan tergoda ke sebuah sekolah megah. Luas dan berwibawa. Papan namanya pun besar. Tertulis nama sekolah yang sekarang sangat populer di Simalungun, Siantar dan Sumatera Utara. Namanya Efarina.
Efarina, adalah sebuah SMA plus. Ia adalah sebuah ikhtiar bagi berdirinya pendidikan di negri ini, dikelilingi setengah bukit di jantung Dologsaribu, sebuah kecamatan dari kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
JR Saragih pendiri SMA plus Efarina menapaki jalan yang sudah dibuat oleh Williem Iskander saat mendirikan Kweekschool (sekolah guru) Tanobato Sumatera Utara, yang kemudian membuat Williem Iskandar menjadi tokoh pendidikan selain Ki Hadjar Dewantara.
JR Saragih yang kebetulan adalah ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Simalungun yang juga Bupati Simalungun dua periode, mungkin adalah satu dari sekian banyak orang yang memilih terus melanjutkan ikhtiar Ki Hadjar Dewantara dan Williem Iskandar.
Mereka semua percaya bahwa pendidikan adalah tulang punggung bagi bangsa ini, sehingga untuk memperjuangkan itu, waktu, tenaga,pikiran juga harta pantas dikorbankan.
Apalah yang lebih membahagiakan selain dapat menitipkan warisan ilmu pengetahuan pada generasi setelah kita. Sesungguhnya pengetahuan adalah harta yang tak habis, jumlahnya jauh lebih banyak dari harta yang disediakan alam.
Melihat bangunan megah Efarina di kaki bukit di pelosok Sumatera Utara itu saya bisa merasakan sebuah optimisme perjuangan pendidikan yang tak mau kalah dengan Jakarta atau para pejuang pendidikan di belahan lain Indonesia.
Menemukan orang orang seperti JR saragih dan juga banyak sekali orang-orang lain yang terus berikhtiar memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak negri ini adalah sebuah harapan.