Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Dampingi Anak-anak Kita Belajar

Kompas.com - 24/05/2016, 15:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Sehari kemarin di beranda Facebook saya beredar posting tentang soal ulangan anak SD yang berisi kandungan tidak patut.

Orang-orang membagikannya dengan peringatan,”Awasi anak-anak Anda saat belajar.” Maksudnya, materi pelajaran/ulangan tidak selalu sehat dan benar. Karena itu orang tua harus mengawasi.

Terus terang saya prihatin. Ada kesan, semoga saya salah, para orang tua hanya menyisihkan waktu untuk berada di dekat anaknya ketika mereka belajar saat ada persoalan seperti ini. Bahkan mungkin hanya pada periode yang sangat singkat saja, ketika isu ini hangat. Diksi yang dipakai sungguh mengerikan,”Awasi anak Anda saat mereka belajar.”

Bapak-bapak, Ibu-ibu, saat anak-anak kita belajar tugas kita bukan mengawasi, tapi mendampingi. Ada atau tidaknya masalah mengerikan seperti di atas, tugas itu tidak boleh kita lalaikan.

Ada begitu banyak alasan kenapa itu harus dilakukan. Alasan paling utama adalah karena tugas mendidik anak adalah tugas kita, bukan tugas guru.

Tugas itu tidak serta merta selesai atau tunai karena kita sudah menyekolahkan anak. Sekolah dan guru-guru hanya membantu kita dalam pendidikan. Kita bagian utamanya.

Anak-anak, khususnya usia dini, ketika belajar mereka tidak sekedar membangun pengetahuan, tapi membangun konsep tentang segala sesuatu. Konsep adalah sesuatu yang lebih besar dari pengetahuan.

Konsep menyangkut pengetahuan, dan bagaimana seseorang bersikap terhadap hal itu. Misalnya, kita tahu bahwa Indonesia ini beragam dalam hal suku dan agama. Itu pengetahuan. Bagaimana kita bersikap terhadap keragaman, itu adalah sebuah konsep.

Nah, siapa yang kita harapkan berada di samping anak-anak kita, mengarahkan mereka saat mereka membangun konsep itu? Guru di sekolah? Atau guru les yang kita bayar? Sayang sekali kalau itu bukan kita.

Di sekolah guru-guru harus berhadapan dengan 30-40 murid sekaligus saat dia mengajar. Maka pendekatannya adalah massal.

Guru tidak akan mengajar dengan mengenali audiensnya satu per satu. Ia tidak akan memberi sentuhan personal. Padahal anak-anak memerlukan itu untuk memahami sesuatu.

Lebih mudah bagi anak-anak memahami sesuatu bila penjelasan dimulai dari hal yang sudah dia ketahui atau alami. Kita sebagai orang tua bisa melakukan itu.

Anak-anak sering terbentur pada diksi saat belajar. Soal ini tak banyak diperhatikan oleh guru-guru, karena pendekatannya yang bersifat massal tadi.

Tadi malam Kenji anak saya menemukan kata yang tidak ia pahami tertulis di buku teks, yaitu kata melanda. Kata itu mungkin sudah berulang-ulang dikatakan gurunya tanpa ia pahami. Ayah, apa arti melanda? Di situlah kita perlu hadir mendampingi untuk menjelaskan.

Ada kalanya guru menjelaskan dengan cara yang salah, maka kita harus koreksi. Ada pula saatnya guru memberi soal yang salah, dan membingungkan. Padahal bagi anak, guru tidak mungkin salah. Kalau tidak diluruskan, kebingungan itu akan menjadi siksaan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Edu
Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Edu
Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Edu
Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Edu
Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Edu
Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Edu
Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Edu
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Edu
Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Edu
Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang 'Hadir' di Masyarakat

Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang "Hadir" di Masyarakat

Edu
39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

Edu
8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

Edu
Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Edu
Beasiswa S2-S3 ke Irlandia, Kuliah Gratis dan Dapat Tunjangan Rp 170 Juta

Beasiswa S2-S3 ke Irlandia, Kuliah Gratis dan Dapat Tunjangan Rp 170 Juta

Edu
FSGI Kecam Pemecatan Vokalis Band Sukatani Novi Dipecat Sebagai Guru

FSGI Kecam Pemecatan Vokalis Band Sukatani Novi Dipecat Sebagai Guru

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau