KOMPAS.com – Dalam buku "Beasiswa 5 Benua: 100 Kiat Berburu Beasiswa Luar Negeri", Ahmad Fuadi menuliskan bahwa beasiswa bukan hanya untuk orang pintar. Lebih utama, lanjut dia, orang harus bersungguh-sungguh melakukan usaha di atas rata-rata demi mendapat beasiswa.
Kok begitu? Ya, karena kadang orang yang secara akademis biasa saja justru berhasil lolos beasiswa ke luar negeri. Hal ini bisa terjadi karena mereka bersungguh-sungguh mencari, mendaftar, kemudian berani mengulangi proses sama ketika lamarannya belum diterima.
Melamar beasiswa memang penuh detail dan kejelian. Semua syarat tak boleh terlewatkan. Bagi orang yang bersungguh-sungguh, proses tersebut dilewati tanpa mengeluh.
Kalaupun lamaran ditolak, bukan putus asa yang melanda, melainkan evaluasi diri. Mungkinkah ada proses yang kurang?
Jangan terburu-buru
Syarat-syarat pendaftaran beasiswa cukup banyak sehingga butuh waktu lama mengumpulkannya. Kemampuan bahasa termasuk salah satu syarat yang memerlukan upaya tak sedikit.
"Kalau bahasa itu kita harus (ikut tes) IELTS dulu. Memang, harus bener-bener belajar karena sayang kan (tes) IELTS semakin mahal," kata Annisa Maulani, penerima beasiswa Erasmus+ tahun 2016 kepada Kompas.com, Sabtu (6/8/2016).
Dia mengaku tak sempat mengambil kursus bahasa karena saat itu masih aktif bekerja.
"Saya belajar otodidak, kan sambil kerja, jadi nilainya pas-pasan karena enggak les, hehe," ujar Annisa.
Namun, di tengah tumpukan pekerjaan, dia tetap meluangkan waktu belajar mandiri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.