Catat... Agar Tak Kaget saat Kuliah di Eropa!

Kompas.com - 24/08/2016, 07:59 WIB
Anne Anggraeni Fathana

Penulis


KOMPAS.com - Perbedaan besar dalam menjalani studi di Eropa dan Indonesia, mulai dari gaya belajar hingga suasana perkuliahan, terbukti tidak mengurangi minat pelajar Indonesia terbang ke sana. Berdasarkan data European Higher Education Fair (EHEF), ada lebih dari 9.000 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa.

Mimpi kuliah ke Eropa pun bukan hal yang tidak mungkin diraih. Setiap tahunnya, tersedia sekitar 1.600 beasiswa pendidikan tinggi untuk siswa Tanah Air yang didanai oleh Uni Eropa serta negara-negara anggotanya.

Agar tak kaget, ada baiknya calon mahasiswa mengenali perbedaan sistem belajar di Eropa sebelum berangkat melanjutkan kuliah. Berikut ini beberapa perbedaan yang akan ditemui:

Tuntutan untuk mandiri

Sistem pembelajaran di Eropa mendukung mahasiswa untuk mandiri dan kritis. Dosen berperan sebagai pendamping dan lebih banyak memberikan diskusi dua arah daripada menggurui.

Di sana membaca bukan lagi sekadar hobi mahasiswa, tetapi sebuah kewajiban. Buku, jurnal atau riset yang telah dipelajari sendiri itu kemudian akan menjadi bahan pengajaran setiap kelas.

M LATIEF/KOMPAS.com Mahasiswa di Eropa dituntut mampu belajar secara mandiri.

Mahasiswa lalu ditantang untuk menganalisis dan kritis dalam mencari pemecahan masalah. Tak jarang pengajar juga menyajikan proyek atau penelitiannya sendiri untuk diteliti.

Sistem ECTS

European Credit Transfer System (ECTS) adalah sistem kredit yang kita kenal dengan Satuan Kredit Semester (SKS). Sistem ini adalah akumulasi nilai yang mencatat kinerja siswa berdasarkan beban kerja dalam menyelesaikan pembelajaran.

Kredit dapat dilampirkan pada berbagai program belajar, seperti seminar, projek, ujian, atau hasil kursus. Asyiknya, nilai pada ECTS bisa menjadi bekal pelajar untuk melakukan studi di universitas atau lembaga pendidikan lainnya di Eropa.

ECTS ini berlaku di semua negara Uni Eropa. Mayoritas institusi pendidikan juga memberikan nomor ECTS dalam setiap pelajaran atau modul.

Suasana kampus

Rata-rata lingkungan kampus di Eropa dirancang khusus untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Universitas biasanya tidak menyediakan tempat tinggal atau asrama bagi mahasiswa.

Kampus pun tidak berperan besar dalam kehidupan pribadi mahasiswa. Mereka justru didukung agar melakukan perjalanan ke negara-negara terdekat atau mencari pengalaman kerja ketika masa liburan tiba.

Bisa dibilang, mahasiswa Eropa lebih mandiri dan dewasa dalam kehidupan perkuliahan. Kegiatan kampus tetap ada, tetapi mempunyai karakter berbeda.

Pelajar di kota kecil cenderung memiliki lebih banyak kegiatan dan organisasi berbasis mahasiswa, sedangkan di kota besar dinamika kehidupan kampus lebih beragam.

Nah, butuh tips atau informasi lain terkait serba-serbi kuliah di kawasan lain? Sebentar lagi Anda bisa mengikuti perkembangannya lewat Visual Interaktif Kompas (VIK) "Berburu Beasiswa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

'Triple Bottom Line' dan 'Green Jobs' Jadi Landasan Penting Bisnis Berkelanjutan

"Triple Bottom Line" dan "Green Jobs" Jadi Landasan Penting Bisnis Berkelanjutan

Edukasi
Sekolah Bogor Raya Berpartisipasi di Ajang Festival 'This is Indonesia' New York

Sekolah Bogor Raya Berpartisipasi di Ajang Festival "This is Indonesia" New York

Edu
H-1 Ditutup, Simak Cara Daftar PPPK Kemenag 2024

H-1 Ditutup, Simak Cara Daftar PPPK Kemenag 2024

Edu
Materi Pendidikan Profesi Guru Ditambah, Mendikdasmen Ingin Tingkatkan Kualitas Guru

Materi Pendidikan Profesi Guru Ditambah, Mendikdasmen Ingin Tingkatkan Kualitas Guru

Edu
Ingin Kuliah S2-S3 Gratis di AS? Daftar Beasiswa Fulbright 2025

Ingin Kuliah S2-S3 Gratis di AS? Daftar Beasiswa Fulbright 2025

Edu
Soal Penguatan Matematika sejak TK, Guru Besar UPI: Cinta Matematika Harus Jadi Gerakan

Soal Penguatan Matematika sejak TK, Guru Besar UPI: Cinta Matematika Harus Jadi Gerakan

Edu
Kemenag Susun Peraturan Menteri Baru tentang Pendidikan Agama di Sekolah

Kemenag Susun Peraturan Menteri Baru tentang Pendidikan Agama di Sekolah

Edu
Uti Nilam, Lulusan Kedokteran yang Jadi Medical Illustrator Pertama di Indonesia

Uti Nilam, Lulusan Kedokteran yang Jadi Medical Illustrator Pertama di Indonesia

Edu
Mendikdasmen Bakal Beri Beasiswa buat Guru yang Belum S1 dan S4

Mendikdasmen Bakal Beri Beasiswa buat Guru yang Belum S1 dan S4

Edu
Soal Kasus Kekerasan Terhadap Guru, Komisi X DPR Sebut Pentingnya Peran Orangtua

Soal Kasus Kekerasan Terhadap Guru, Komisi X DPR Sebut Pentingnya Peran Orangtua

Edu
Sosok Fauzul Azhim, Pelajar Indonesia Terpilih Jadi Presiden Pemuda Asia Tenggara

Sosok Fauzul Azhim, Pelajar Indonesia Terpilih Jadi Presiden Pemuda Asia Tenggara

Edu
Syarat dan Cara Daftar Petugas Haji 2025, Lulusan S1 Bisa Daftar

Syarat dan Cara Daftar Petugas Haji 2025, Lulusan S1 Bisa Daftar

Edu
20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

Edu
Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Edu
3 Alumni Undip yang Jadi Menteri-Wamen Presiden Prabowo, Cek Pilihan Jurusannya

3 Alumni Undip yang Jadi Menteri-Wamen Presiden Prabowo, Cek Pilihan Jurusannya

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau