Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Perspektif Korban

Kompas.com - 25/08/2016, 09:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Kalau saya berangkat pukul 4.30, dengan situasi kemacetan yang sama, saya akan tiba di bandara pukul 7.30.

Dengan adanya delay tadi saya masih akan bisa check in. Bahkan saya bisa tiba lebih awal, karena kemungkinan kemacetan tidak separah kalau saya berangkat pukul 4.45.

Perhatikan bahwa pada cerita versi pertama fokus saya pada “mereka” atau pihak lain, dalam hal ini kemacetan dan petugas konter yang tidak kooperatif. Pada cerita versi kedua, saya fokus pada diri saya. Versi ini kita sebut cerita versi bertanggung jawab.

Dua versi cerita di atas menunjukkan bahwa kejadian-kejadian itu sebenarnya tidak punya makna. Kitalah yang memberinya makna. Kita pulalah yang menentukan apa efek suatu kejadian terhadap diri kita.

Coba kita ingat dalam hidup kita, kisah versi mana yang lebih sering kita tuturkan, versi korban atau versi bertanggung jawab?

Kita sungguh menyenangi versi korban, dan jarang bercerita dengan versi bertanggung jawab. Kenapa? Karena kita menuai banyak kenikmatan dari cerita versi itu.

Salah satu kenikmatan yang kita dapat dari bercerita dengan sudut pandang korban adalah simpati. Orang-orang akan mendengarkan kita, menyatakan simpati.

Kita juga mendapat kenikmatan dengan merasa yakin bahwa kita adalah pihak yang benar, dan pihak lain adalah pihak yang salah.

Siapa yang bersimpati pada kita? Siapa yang setuju bahwa kita ada di pihak yang benar? Mereka adalah orang-orang seperti kita juga, yaitu orang-orang yang menyukai sudut pandang korban.

Orang yang bersudut pandang bertanggung jawab dalam kasus saya di atas mungkin akan berkomentar, ”Makanya berangkatnya lebih pagi aja.” Itu langsung menghancurkan kenikmatan saya mendapat simpati dan pembenaran.

Salah satu hal penting yang harus kita lakukan untuk mengubah hidup adalah mengubah sudut pandang, dari sudut pandang korban ke sudut pandang bertanggung jawab.

Fokus kita berubah dari pihak lain ke diri kita. Subjek bahasan kita ubah dari “mereka seharusnya begini dan begitu” menjadi “saya harusnya begini dan begitu”.

Apa perbedaan mendasar pada keduanya? Saya adalah pengendali diri saya. Kalau saya befokus pada diri saya, saya bisa memilih untuk berlakukan ini dan itu, atau bersikap begini dan begitu.

Tapi kalau saya berfokus pada pihak luar, saya tidak punya kontrol atas mereka. Saya hanya bisa berharap ini dan itu.

Ingat, kita bicara soal perubahan. Untuk memastikan perubahan terjadi, kitalah yang harus bertindak membuat perubahan. Maka sudut pandang bertanggung jawab adalah sudut pandang yang cocok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com