Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius Haryanto

Peneliti media, pengajar di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong

Baca Buku Dapat Uang...

Kompas.com - 15/09/2016, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Oh ya, ini juga persoalan beda generasi. Saya waktu itu masih mengetik dengan menggunakan mesin tik yang bunyinya ketak-ketok seru itu.... Sebenarnya menyenangkan mendengarkan suara mesin tik itu.. Ah sudahlah....

Sambil menulis skripsi

Singkat cerita, setelah diedit oleh Rico, sang redaktur, jadilah tulisan saya dimuat oleh majalah bergengsi itu, dan honornya lumayan besar. Dua ratus ribu rupiah saat itu jika tak salah.

Ya untuk ukuran anak mahasiswa yang besar dong nilai itu, mengingat uang kuliah saya saja (maaf sekali lagi ini soal beda generasi) “hanya” seratus tiga puluh ribu rupiah saja – maklum anak mahasiswa yang disubsidi negara.

Saya pun bangga memamerkan honor itu kepada orangtua saya, dan saya pun membeli tas baru hasil keringat sendiri.

Tulisan resensi saya kedua termuat di Harian Kompas pada akhir Juli tahun 1993. Buku yang saya ulas itu tulisan dari Bambang Sadono, yang waktu itu adalah wartawan Suara Merdeka di Semarang.

Tulisan itu adalah tesis S2 penulisnya, yang kemudian pernah menjadi anggota DPR RI dan sekarang menjadi anggota DPD RI.

Judul tulisan saya itu “Tak Ada Bulan Madu Pers dan Pemerintah”. Buku Bambang Sadono, kebetulan adalah salah satu referensi yang saya pergunakan untuk menulis skripsi saya.

Jadi sembari menulis skripsi, kalau ada bacaan yang bisa “dikaryakan”, mengapa tidak? Maklum pola pikir anak mahasiswa tahun terakhir yang mulai berpikir “cari duit”.

Sejak saat itu saya keranjingan menulis resensi buku. Saya pun membaca buku yang saya anggap menarik dan saya merasa cukup percaya diri untuk mengulasnya. Selesai membaca buku, lalu saya tuliskan resensinya.

Setelah lebih dari dua puluh tahun menulis resensi buku ke mana-mana, saya merasa bahwa tulisan resensi buku saya jarang ditolak, sementara tulisan opini terkadang ada ditolak juga, walaupun saya tak merasa “sakitnya tuh di sini”.

Beberapa keuntungan

Menurut saya ada beberapa keuntungan menjadi seorang penulis resensi buku:

Pertama, saya jadi memahami isi sebuah buku, dan bisa menemukan bagian paling penting dari suatu buku. Secara tidak langsung saya pun terbiasa membaca dengan cepat, untuk mengetahui apa hal paling penting dari suatu buku.

Tentu saja karena sebelumnya saya sudah senang membaca buku untuk berbagai topik tertentu yang jadi minat saya, akan menambahkan informasi baru di dalamnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com