Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliah di Luar Negeri, Bersiaplah Hadapi "Gegar Budaya"!

Kompas.com - 21/10/2016, 17:51 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

"Saya sudah terbiasa berbicara bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sehari-hari dengan orang lain, tapi bukan untuk kebutuhan akademis," ujarnya.

Nadia bercerita, saat pertama kali masuk ke kelas untuk belajar akuntasi dalam bahasa Inggris, dia tak mengerti sama sekali. Semakin parah, saat itu dia merupakan satu-satunya mahasiswa asal Indonesia di kelas sehingga tak punya teman untuk berdiskusi menggunakan Bahasa Ibu.

"Kalau saya bertanya dalam bahasa Inggris (kepada teman sekelas) sama saja, saya tidak mengerti," kata Nadia.

Padahal, menurut dia, kebanyakan mahasiswa internasional lain memiliki paling sedikit satu teman dari negara sama. Mereka pun dapat berdiskusi dengan bahasa masing-masing. Sempat, hal ini membuat Nadia merasa kesepian.

"Tapi, akhirnya saya memutuskan untuk belajar lebih keras. Saya juga bertekad untuk mengubah diri sendiri. Saya memutuskan untuk menjadi diri yang baru di Saxion," kenang Nadia.

Sebelum kuliah, dia mengaku termasuk anak pemalu atau istilahnya "kurang gaul". Sifat inilah yang ingin dia ubah, Nadia berusaha menjadi pribadi yang lebih aktif.

"Saya ikut menjadi sukarelawan, bergabung dengan banyak organisasi, menyelenggarakan acara, ikut aktivitas olahraga, dan masih banyak lagi," ujarnya.

Kegiatan tersebut membuka jaringan pertemanan Nadia. Sekarang, dia memiliki banyak teman di kelas, tantangan bahasa pun bisa dilalui berkat kerja kerasnya.

"Saya dan teman-teman sekelas sekarang saling membantu untuk pelajaran yang belum dipahami," ucap mahasiswa yang setelah lulus berniat bekerja di sektor publik ini.

Sebenarnya, apa yang dialami Nadia hampir pasti akan dihadapi semua mahasiswa internasional di negara tujuan studi.

Karena itu, menurut Koordinator Beasiswa Netherlands Education Support Office (Nuffic Neso Indonesia), Indy Hardono, mahasiswa harus siap menghadapi fase "gegar budaya" ini, baik dari sisi akademik maupun sosial.

"Mereka (mahasiswa internasional) perlu menata kembali niat sebelum berangkat studi dan melangkah ke episode hidup baru yang sangat berbeda," ujar Indy saat melepas 60 penerima beasiswa studi ke luar negeri untuk tahun akademik 2016, Sabtu (17/9/2016).

Dia melanjutkan, pertama-tama mahasiswa harus mampu membedakan arti to study dan to learn. Dua pilihan kata inilah yang menentukan mahasiswa bersangkutan akan menjadi seorang pelajar atau pembelajar.

Adapun ancang-ancang untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut dapat disiapkan calon mahasiswa sejak dini. Menggali informasi seputar kehidupan dan perkuliahan di Belanda dengan datang ke pameran pendidikan bisa jadi salah satu pilihan.

Contohnya, pada tahun ini Nuffic Neso Indonesia segera membuka Dutch Placement Day 2016 sebagai ajang berburu informasi lengkap studi ke Belanda. Calon mahasiswa dapat bertemu dengan perwakilan perguruan tinggi Belanda secara langsung.

Sebagai informasi, 'Dutch Placement Day 2016' akan digelar di dua kota, yaitu di Bandung pada Senin, 31 Oktober 2016; dan di Jakarta pada Jumat, 4 November 2016. Lebih lengkap, Anda bisa mengunjungi situs http://www.nesoindonesia.or.id.

Lebih baik sedia payung sebelum hujan, lebih baik bersiap dan mengumpulkan informasi lengkap, sebelum "gegar budaya" benar-benar harus dialami…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com