PENDIDIKAN

Tengoklah, Anak-anak Papua Menagih Masa Depannya...

Kompas.com - 25/11/2016, 15:15 WIB

Seorang anak yang sesungguhnya berada di lengkung langit yang sama bernama Indonesia., tetapi tetap saja dianggap beda. Apakah senja di belahan timur lebih romantis atau dramatis? Entahlah.…

Yomis mengajarkan anak-anak lain, bahkan yang usianya lebih  besar darinya tentang
persoalan matematika. Soal yang ternyata sangat mudah dipecahkan. Sebab, soal kehidupan lainnya lebih rumit dari sekadar matematika.

Yomis kecewa, sebab guru yang datang sesuka hati, dan pergi juga tiba-tiba, membawa lenyap seluruh harapan anak-anak tentang mimpi tinggi untuk bisa sekolah.

Dia tak pernah menunggu lebih lama. Jika pukul 8 gurunya tidak datang, Yomis segera mengambil alih layaknya seorang guru. Ia membuka kelas dengan doa dan nyanyian. Teman-temannya mengikuti.

Ia mengajari kawan-kawannya cara berhitung, menulis, dan membaca bacaan sederhana.   Ia seorang anak yang dititipkan semesta untuk menyampaikan kepada warga di daerahnya bahwa pendidikan adalah hal yang tak bisa ditunda.

Yomis, ijazahmu ditandatangani Tuhan secara langsung. Banyak tantangan dan kejenuhan   yang datang satu paket bersama kebahagiaan dan kenangan.

Ada anak yang datang tanpa alas kaki. Ingusnya masih menetes, dan daun telinganya dikerubungi lalat. Ada yang dengan kakinya penuh luka hingga anak yang datang tanpa jari lengkap. Semuanya meminta hal sama, yaitu pendidikan minimal. 

Apakah seorang guru bisa memilih siapa yang menjadi siswanya? Sepertinya, tidak. Sebab,  siapa pun yang datang, bagaimanapun keadaannya, harus dicerdaskan.

Di tempat ini pula aku percaya bahwa bermimpi tidak memiliki batasan. Tak ada mimpi yang kedaluwarsa.

Soal mimpi, bukan seberapa tinggi mimpi itu, melainkan seberapa besar kamu ingin mewujudkannya. Semuanya ada dan dikemas secara sederhana dalam buku Mimpi itu   Gratis.

Ya, selagi bermimpi masih gratis, bermimpilah setinggi yang kamu mau. Jangan lupa pelan-pelan diwujudkan.

Indonesia sedang pincang, mari menjadi kaki-kaki yang kuat untuk kembali menopangnya di setiap sisi. Berkarya dan berjuang meraih mimpi agar generasinya tidak dianggap gagap. 

Indonesia, 71 tahun telah merdeka. Sudah 71 tahun juga kakimu melangkah bersama kaki jutaan anak negeri. Maka, jangan biarkan timpang. Sebab, kaki kanan dan kiri harus melangkah beriringan. Jika salah satunya tertinggal jauh, tidakkah engkau akan mudah
tumbang, Indonesia?

Selamat bermimpi anak-anak Indonesia. Jangan lupa mewujudkannya!

(AYUSHA & SAPTONO/BHUANA ILMU POPULER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau