Dengan mengetahui karakter penerbit bersangkutan maka kita tidak salah alamat mengirimkan naskah.
Oh ya, sebaiknya mengirimkan naskah hanya ke satu penerbit saja. Jangan mengirimkan ke beberapa penerbit secara bersamaan.
Informasi tentang penerbit dapat kita peroleh lewat internet, pameran buku, brosur, atau di dalam buku yang ada.
Pada saat mengirimkan naskah, sertakan ringkasan naskah, segmen pembaca yang dituju, kelebihan naskah Anda dibandingkan buku-buku yang sudah terbit, dan biografi singkat penulis.
Lampiran-lampiran tersebut akan membantu penerbit untuk mempertimbangkan naskah Anda.
Setelah itu?
Ya, tunggu 1-3 bulan. Penerbit perlu mempelajari naskah Anda. Bila naskah diterima maka Anda akan disodorkan kontrak kerja sama penerbitan.
Isinya tentang hak cipta, royalti, sistem kerja sama, dan lain-lain. Kalau Anda setuju maka naskah itu akan menjalani proses editing, layout, percetakan, dan sampai di toko buku.
Naskah ditolak
Lalu bagaimana kalau naskah ditolak?
Ya, kalau naskah ditolak, penulis harus bertindak. Empat langkah dapat dilakukan.
Pertama, mintalah masukan dari penerbit tentang alasan penolakan naskah Anda. Dari masukan itu Anda lakukan perbaikan dan kemudian kirim kembali.
Kedua, setiap penerbit memiliki visi dan misi sendiri. Belum tentu naskah Anda ditolak di satu penerbit, tempat lain akan memperlakukan hal yang sama. Maka coba kirimkan naskah Anda ke penerbit lain setelah naskah Anda ditolak.
Ingat kasus J.K. Rowling ketika menerbitkan buku Harry Potter?
Karya penulis Inggris itu telah ditolak 12 penerbit. Rowling tidak putus asa dan tidak membuang karyanya. Dia tawarkan ke penerbit lain.
Upayanya berhasil. Penerbit Bloomsbury mau menerbitkan buku-buku setebal bantal itu. Akhirnya Harry Potter melegenda.
Karya Rowling telah diterjemahkan ke 73 bahasa dan terjual lebih dari 430 juta eksemplar. Waoooo.
Ketiga, terbitkan sendiri. Istilahnya penerbitan indie (independen). Dari mulai cari bahan, menulis, editing, desain, cetak, hingga pemasaran diurus sendiri. Hanya yang membeli orang lain.
Cara ini banyak memotong proses birokrasi yang panjang. Dalam penerbitan indie, kita dapat pula meminta bantuan tenaga profesional untuk editing, desain, cetak, dan pemasaran.
Keuntungan cara ini adalah royalti yang lebih besar dibandingkan dengan menyerahkan ke penerbit lain.
Bayangkan, kalau ke penerbit lain, kita hanya mendapat 10 persen royalti dari harga buku yang terjual.
Sedangkan bila diterbitkan sendiri, terserah kita mau mematok berapa uang yang ingin didapat. Memang repotnya kita harus mengurus semuanya sendiri.
Kelima, simpan. Ya, simpan saja dulu. Sama seperti pakaian, buku juga memiliki tren. Bisa saja tema naskah Anda dianggap tidak sesuai dengan tren masyarakat saat itu. Di waktu lain, mungkin tulisan Anda dapat diterima masyarakat.
Jadi, menerbitkan buku bukan mustahil kan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.