70 Tahun Merdeka, Masih Mau Terulang Kisah Hilangnya Sipadan-Ligitan?

Kompas.com - 30/12/2016, 11:24 WIB

KOMPAS.com - Kedaulatan bangsa Indonesia dimulai sejak berdirinya negara Indonesia pada 17 Agustus 1945, yaitu sejak diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia. Artinya, sejak itulah bangsa Indonesia mulai menyusun pemerintahannya sendiri.

Namun, itu tidak berarti Indonesia telah menetapkan wilayah mana saja yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengakuan wilayah daratan maupun lautan masih memerlukan perjuangan keras yang dijalani lewat jalur diplomasi maupun perang pascakemerdekaan.

Hingga saat ini perjuangan untuk mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pun belum berhenti. Jalannya masih panjang meski terhitung sudah 70 tahun merdeka.

Wilayah Indonesia saat ini merupakan gugusan kepulauan yang berada di antara benua Asia dan Australia, membentang dari paling barat di pulau kecil bernama Pulau Rondo di daerah Sabang, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hingga paling timur di Merauke, provinsi Papua dan paling utara di Pulau Miangas, provinsi Sulawesi Utara hingga paling selatan di Pulau Rote, provinsi Nusa Tenggara Timur. Semua wilayah itu tersusun dalam ribuan pulau besar dan kecil yang terhubung oleh berbagai selat dan laut.

Saat ini pulau yang terdaftar dan berkoordinat berjumlah 13.466 pulau. Menurut data Badan Pusat Statistik (2008), Indonesia memiliki luas daratan 1.904.569 km2 dan luas lautan 7.900.000 km2.

Judul baru

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut tidak begitu saja ada, tetapi melalui sejarah panjang yang dinamis. Seiring perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan, wilayah NKRI terus mengalami perubahan, baik jumlah maupun luas wilayahnya.

Pada awal kemerdekaan, wilayah NKRI meliputi 8 provinsi, yaitu: Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Maluku. Irian Barat yang dikenal dengan nama Irian Jaya atau Papua dan Timor Timur belum menjadi bagian Indonesia.

Saat itu Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda, sedangkan Timor Timur dikuasai oleh Portugal. Irian Barat masuk ke wilayah Indonesia pada 1963, sedangkan Timor Timur pada 1974. Namun, pada 1999 Timor Timur memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui referendum.

34 wilayah provinsi

Secara administratif, di Indonesia terdiri atas beberapa provinsi yang dikepalai oleh seorang gubernur. Masing-masing provinsi dibagi atas beberapa kabupaten dan kota. Sejak 2012, jumlah keseluruhan provinsi di Indonesia dari Sabang sampai Merauke terbagi menjadi 34 provinsi.

Sebelumnya, pada 1990-an Indonesia memiliki 27 provinsi. Namun, pascareformasi banyak provinsi yang dimekarkan menjadi dua bagian, rata-rata provinsi dengan luas daerah yang cukup besar. Pemekaran itu dilakukan dengan tujuan efisiensi dalam penerapan pemerataan pembangunan.

Saat ini Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan provinsi termuda Indonesia. Kaltara resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.

Menurut Asep Karsidi, mantan kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), hal yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa Indonesia berbatasan dengan 10 negara tetangga. Batas tersebut ada pada 92 pulau terluar yang perlu dijaga dan dikelola dengan baik, karena pulau-pulau tersebut digunakan untuk menentukan garis pangkal batas wilayah negara Indonesia dengan negara lain. Untuk itu, diperlukan pemahaman terhadap batas dan wilayah Indonesia yang sudah disajikan dalam bentuk peta dan atlas.

Wawasan nusantara

Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga sekarang tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui tentang wilayah NKRI. Padahal, hal ini penting dan tidak bisa dianggap remeh! Letak dan kondisi geografis Indonesia sangat memengaruhi eksistensi NKRI di masa depan.

Pemerintah melalui sistem pendidikan formal wajib mengenalkan kondisi geografi Indonesia saat ini yang dituangkan dalam bentuk kurikulum pendidikan nasional. Namun demikian, masyarakat juga perlu menyadari bahwa bersandar sepenuhnya hanya pada pemerintah untuk mengahadapi tantangan atas fakta geografis negara ini adalah hal keliru.

Pemerintah memiliki keterbatasan untuk mengatasi dan menginisiasi tantangan di masa depan. Kita juga perlu untuk mendukung pemerintah karena masa depan masyarakat Indonesia dipertaruhkan di sini. Sudah saatnya masyarakat melihat kembali atlas wilayah Indonesia untuk setidaknya mengetahui di mana letak pulau berada dan pulau-pulau terluar negara ini.

Salah satu cara melihat itu adalah melalui Atlas Geografi Indonesia dan Dunia yang diterbitkan oleh penerbit Bhuana Ilmu Populer bekerja sama dengan musyawarah guru mata pelajaran geografi. Buku ini bisa dijadikan sarana untuk mengenalkan kondisi geografis Indonesia.

Buku atlas ini disusun berdasarkan kurikulum pendidikan nasional yang dapat digunakan sebagai penunjang mata pelajaran geografi, ilmu pengetahuan sosial, dan sejarah. Isinya terdiri dari Peta NKRI terbaru, Peta Tematik Indonesia, Peta Benua, Peta Iklim Dunia, Cara Membaca Peta, Citra Satelit, Pakaian dan Rumah Adat, Siklus Hidrologi, Siklus dan Jenis Batuan, Tata Surya dengan Teori Terbaru, Lempeng tektonik, Arus Laut Dunia, Bendera Negara di Dunia, dan Index.

Masa depan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari letak dan kondisi geografisnya. Patut diingat bahwa masyarakat banyak yang kecewa ketika Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan lepas dari wilayah Indonesia, meskipun pada awalnya mereka tidak tahu atau bahkan peduli dengan keberadaan pulau tersebut. Ketidakpedulian dan ketidaktahuan kita terhadap wilayah dan geografi Indonesia akan berujung bencana bagi diri sendiri.

Geografi akan menjadi determinan yang menentukan masa depan Indonesia adalah hal yang tidak dapat dimungkiri lagi. Namun, perlu untuk digarisbawahi bahwa keberadaan Indonesia di masa mendatang terletak pada seberapa jauh masyarakat mengenali dan memahami wilayah yang kita tinggali saat ini.

Nah, sudah tiba saatnya bagi kita untuk tidak lagi melihat wawasan nusantara sekadar hafalan ketika ujian kewarganegaraan! Mari, kembali belajar tentang NKRI!

(AGUNG ADIPUTRA/BHUANA ILMU POPULER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau