Dari Duit Jajan, Ajari Anak Kelola Keuangan

Kompas.com - 16/02/2017, 09:49 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Menyimpan uang

Hal lain yang harus dikenalkan pada anak adalah menyimpan uang sisa. Jangan sampai, uang saku habis hanya untuk jajan.

“Tak ada salahnya juga pemberian uang saku mencakup anggaran untuk menabung,” saran Perencana Keuangan Janus Financial Dwita Ariani yang juga dikutip dari Kontan.

Dalam hal ini, orangtua juga perlu mengajarkan anak cara menyisihkan uang. Kemas cara itu jadi terlihat menarik. Contohnya dengan mengadopsi tantangan mengumpulkan uang dalam 52 minggu yang santer di media sosial pada 2014.


Inti permainan, seseorang ditantang memiliki perencanaan keuangan yang tertib. Mereka harus menyisihkan uang dengan tambahan kelipatan tertentu tiap pekannya, selama 52 minggu. Bila dijalankan, uang yang terkumpul ternyata cukup mengejutkan juga jumlahnya.

Misalnya, saat memutuskan menyimpan Rp 5.000 pada minggu pertama, uang terkumpul Rp 6,89 juta pada akhir tahun. Coba saja terapkan tantangan itu pada anak.

Mereka bisa memulai dengan nominal yang paling kecil, sebut saja Rp 1.000. Saldo akhir yang bisa didapat adalah Rp 1.378.000. Saat anak-anak memutuskan mengikuti tantangan tersebut, tidak ada salahnya orangtua pun menjalani tantangan yang sama, tentu dengan nominal lebih besar.

Bikin bahagia

Survei yang dilakukan Ally Bank pada 2013 mendapati fakta, orang akan merasa jauh lebih senang dan bahagia ketika terbukti mampu menyisihkan uang. Setidaknya, 84 persen dari 1.025 responden survei itu menyatakan hal tersebut.

Perasaan itu bahkan disebut lebih menyenangkan dibandingkan saat memakan makanan sehat, makanan enak, mendapat pekerjaan yang menyenangkan, atau alasan lainnya. Anak-anak bukan perkecualian atas rasa ini.

Thinkstock Ilustrasi kelola keuangan.

Lalu, untuk apa uang terkumpul? Tanamkan sejak dini bahwa perencanaan dan pengelolaan keuangan penting untuk masa depannya.

Tentu, cara menyisihkan uang tak hanya satu. Anak-anak boleh memilih langkah yang menurut mereka paling menyenangkan, termasuk lewat asuransi.

Orangtua juga bisa memupuk pemahaman bahwa hal tersebut bisa dijadikan investasi yang dapat melindungi keluarga dari risiko pada masa depan. Misalnya, untuk memastikan biaya pendidikan anak terjamin sampai level sarjana.

Investasi pendidikan anak seperti itu dapat ditemukan salah satunya di layanan AXA Mandiri & AXA—yang memiliki fasilitas asuransi pendidikan konvensional maupun syariah—untuk menjawab kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan.

Bila orangtua sudah memanfaatkan asuransi pendidikan ini, tak ada salahnya anak-anak mendapat pengenalan tentangnya juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau