Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Yang Menghidupkan Hidup

Kompas.com - 03/03/2017, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Seorang mahasiswa berkomentar. Menurut dia, lingkunganlah yang membuat anak-anak di Gontor itu menjadi mahir. Yang tidak berada di lingkungan itu, tidak akan mahir. Bagi dia, orang harus berada di lingkungan yang memaksa, untuk bisa melakukan sesuatu.

Saya ingatkan dia bahwa para santri itu berada di Gontor bukan kebetulan. Mereka ingin berada di sana, karena memang ingin bisa. Mereka tidak dipaksa. Mereka punya tujuan, lalu mereka pergi ke Gontor.

Tidak hanya itu. Perjanjian untuk selalu pakai bahasa Inggris dan Arab itu adalah sebuah komitmen. Yang memaksa bukan orang lain, tapi santri yang mengikatkan diri pada komitmen itu.

Nah, para mahasiswa di kelas saya tadi, yang tidak berada di Gontor, sebenarnya tinggal membuat komitmen yang sama. Mereka bisa bersepakat untuk bersama berbicara dalam bahasa Inggris. Yang melanggar dikenai sanksi, misalnya denda. Maka mereka akan mendapatkan lingkungan yang persis sama seperti Gontor.

Itulah contoh bagaimana perbedaan cara berpikir yang secara fundamental menentukan seseorang akan sukses atau tidak.

Ada orang-orang yang menganggap hidup ini ditentukan oleh berbagai faktor di luar dia. Singkat kata, ia menyerahkan kemudi kehidupannya kepada pihak lain. Atau, ia menyerahkan remote control kehidupannya kepada pihak lain.

Tidak. Jangan lakukan itu. Rebut kendali itu. Rebut kemudi atau remote control itu, kendalikan hidup dan nasib Anda sendiri.

Tapi bukankah lingkungan juga berpengaruh pada hidup kita? Ya, lingkungan berpengaruh. Tapi, bagaimana pengaruh lingkungan terhadap diri kita, lagi-lagi tetap tergantung pada bagaimana kita bersikap.

Saat Anda tercemplung di tengah laut, Anda berada pada suatu lingkungan. Apakah Anda akan mati tenggelam atau selamat, sangat tergantung pada bagaimana Anda bersikap saat itu.

Ringkasnya, jangan berfokus pada lingkungan, karena ia berada di luar kontrol kita. Fokuslah pada bagaimana kita bersikap terhadap lingkungan. Dalam hal itu, kita sepenuhnya memegang kendali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com