Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenaga Kerja dan Jalan Terjal Industri Farmasi Indonesia...

Kompas.com - 09/03/2017, 07:31 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

“Kami kadang-kadang sampai mengambil tenaga (kerja level manajerial) dari luar negeri,"  tutur Direktur PT Kalbe Farma, Vidjongtius, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/2/2017).

Menurut dia, mencari tenaga ahli siap pakai dari dalam negeri di industri farmasi bukan pekerjaan mudah. Selama ini, ujar Vidjongtius, perusahaannya menggunakan opsi pelatihan internal untuk mengejar standar kebutuhan kualifikasi tenaga kerjanya.

(Baca juga: Gawat... Indonesia Kekurangan Tenaga Kerja Level Manajerial)

Namun, tak semua perusahaan farmasi punya solusi yang sama. Terlebih lagi, biaya pelatihan semacam itu tidaklah murah.

“Perusahaan farmasi yang sedang berkembang lebih memilih merekrut tenaga ahli dari perusahaan sejenis (yang sudah jadi). Istilahnya 'membajak',” ungkap Direktur Eksekutif International Pharmaceutical Manufacture Group (IPMG) Parulian Simanjuntak, kepada Kompas.com, Kamis (2/2/2017).

Menyikapi tantangan tersebut, Gomez menyatakan, yang dibutuhkan saat ini adalah mengembangkan potensi sumber daya manusia—yang sebenarnya ada di dalam negeri ini—agar bisa memenuhi standar kebutuhan industri.

“Industri berbasis sains di dalam negeri sedang berkembang. (Pemerintah) Indonesia dan warga negaranya harus membantu industri itu terus tumbuh,” ujar Gomez.

Terlebih lagi, tantangan industri seperti farmasi ini juga membentang dari sisi pemenuhan bahan baku. Seperti ditulis Kompas.com, Jumat (22/1/2016), sekitar 90 persen bahan baku obat di Tanah Air berasal dari luar negeri alias barang impor.

Menurut Vidjongtius, kondisi itu terjadi karena penelitian belum menjadi fondasi kuat dalam perkembangan industri farmasi di dalam negeri. Belum lagi, lanjut dia, Indonesia relatif telat membangun industri kimia dasar sebagai pemasok sebagian besar bahan baku tersebut.

“Kita sudah jauh tertinggal dari India, China, Taiwan dan Korea Selatan. Selain punya perhatian tinggi untuk penelitian, negara-negara itu mengembangkan pula industri kimia dasar,” papar Vidjongtius.

Satu-satunya cara untuk mengejar ketertinggalan adalah dengan mulai membuat solusi, laiknya ujaran lama "seribu langkah dimulai dari langkah pertama". Bisa jadi, solusi untuk industri berbasis sains sudah seharusnya datang dari kampus yang memberikan pilihan tepat bagi putra-putri bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com