Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Menyindir

Kompas.com - 15/05/2017, 07:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

3) Sarkasme, majas sindiran yang sifatnya sangat kasar, mencela. Biasanya sarkasme dilontarkan oleh orang yang sedang marah, penuh emosi. Majas sarkasme jauh lebih kasar ketimbang ironi dan sinisme. Ujaran sarkasme dipastikan akan menyakiti hati bagi pendengarnya.

Contoh: Dasar otak udang, kerja begitu saja gak becus!

Siapa pun bisa menyindir

Tindak tutur menyindir atau sindiran bisa dilakukan siapa saja, di mana saja, kapan saja. Menyindir bisa bermakna negatif atau  positif. Menyindir bisa bersifat membangun atau menjatuhkan. Menyindir bisa diartikan mengkritik atau mencela. Tujuan menyindir pun bisa karena ingin ngeledek, mengingatkan, atau mungkin sentimen pribadi.

Tetapi yang jelas, menyindir cenderung membuat sakit hati yang disindir karena kalimat yang dilontarkan bernada sinisme. Seolah-olah ada rasa tidak suka walaupun mungkin tujuannya mengubah perilaku.

Menyindir pun bisa jadi merupakan ciri-ciri orang berjiwa kerdil. Tidak berani bicara terus-terang, hanya berani mencolek tanpa menegur. Sebab melalui sindiran baik ironi, sinisme, atau sarkasme, bisa memicu pertengkaran, setidaknya timbul rasa tidak suka.

Siapa penyindir itu?  Beragam. Bisa pimpinan terhadap bawahan, bisa orangtua terhadap anak, bisa guru terhadap murid, bisa senioritas terhadap yunioritas, bisa antara teman, bisa juga antara lawan politik.


Menyindir mem-bully?

Ketiga model sindiran yang diuraikan Gorys Keraf pada dasarnya sama saja, yang membedakan halus kasarnya ujaran yang disampaikan, tetapi akibatnya sama, menyakiti.

Apabila seseorang benar-benar memiliki hobi atau kebiasaan menyindir yang dilakukan terus-menerus yang bertujuan menyakiti baik disadari atau tidak disadari, maka bisa dikategorikan tindakan bullying.

Psikolog Barbara Coloroso (2007) membagi bullying, yaitu

1) Bullying fisik: menikam, menyikut, mencubit, memukul, menggigit, meludah, mendorong.

2) Bullying verbal: mengejek, mengolok-olok, menertawakan, mencemooh, menghina, memfitnah, mencela, menyindir, memberi julukan tertentu, komentar seksual yang tidak tepat, mengancam atau menakut-nakuti.

3) Bullying psikologis/relasional: mengucilkan, mengabaikan, cibiran, tidak diajak dalam kegiatan, dibiarkan sendirian.

4) Cyberbullying, bentuk intimidasi melalui media sosial, dengan menggunakan media facebook, whats app, SMS, dan lainnya. Isinya bisa berupa ancaman, kata-kata kasar/kotor, bahkan mengirim gambar-gambar porno.

Pada poin 2 tentang bullying verbal tercantum kata "menyindir". Dengan demikian seseorang yang hobi menyindir secara terus-menerus berarti ia tengah melakukan bullying! Apakah nyaman kalau orang yang hobi menyindir mendapat julukan pem-bully?

Menurut psikolog Eunike Sri Tyas Suci, "Menyindir tentu bukan perilaku yang sehat. Menyindir dikarenakan adanya kesenjangan antara aspirasi individu dengan kondisi yang dia sindir, dan merasa bahwa aspirasinya lebih benar. Sementara kondisi yang disindir tentu dianggap tidak lebih baik dari dirinya."

Agar hubungan komunikasi tetap baik dengan siapa pun, yuks kurangi menyindir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com